Perkembangan bahasa Indonesia mencakup perubahan dan inovasi dalam berbagai aspek, termasuk fonologi dan morfologi. Berikut ini adalah penjelasan mengenai perkembangan dalam dua aspek tersebut:1. Aspek FonologisFonologi berkaitan dengan sistem bunyi dalam bahasa. Beberapa perkembangan fonologis dalam bahasa Indonesia meliputi:Pengaruh Bahasa Asing: Masuknya kosakata dari bahasa asing seperti Belanda, Inggris, Arab, dan Cina telah mempengaruhi sistem bunyi bahasa Indonesia.Â
Misalnya, kata "kredit" dari bahasa Belanda, yang memperkenalkan bunyi [d] pada akhir kata, yang sebelumnya jarang ada dalam bahasa Melayu.Asimilasi Bunyi: Fenomena asimilasi di mana bunyi satu fonem dipengaruhi oleh bunyi fonem lain yang berdekatan. Contoh: kata "penghormatan" terkadang diucapkan sebagai "pngormatan" karena pengaruh bunyi [h] pada [].
Perubahan Vokal: Vokal dalam bahasa Indonesia mengalami variasi terutama dalam dialek dan ragam bahasa gaul. Misalnya, kata "tahu" sering diucapkan sebagai "tau" dalam percakapan sehari-hari.Peleburan Fonem: Terjadi peleburan beberapa fonem dalam percakapan cepat, misalnya "tidak" menjadi "tak" atau "sudah" menjadi "udah".2. Aspek MorfologisMorfologi berkaitan dengan struktur kata dan pembentukan kata. Beberapa perkembangan morfologis dalam bahasa Indonesia meliputi:Kreativitas dalam Pembentukan Kata: Bahasa Indonesia modern menunjukkan kreativitas dalam pembentukan kata baru, terutama melalui afiksasi (penggunaan awalan, sisipan, akhiran).
 Contoh: awalan "me-" untuk membentuk kata kerja aktif, seperti "memakan", "menulis".Penyerapan Kata Asing: Banyak kata asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia mengalami penyesuaian morfologis.Â
Contoh: kata "komputer" menjadi "mengomputerkan" (melakukan proses dengan komputer).Reduplikasi: Fenomena reduplikasi atau pengulangan suku kata untuk membentuk kata baru yang mengindikasikan bentuk jamak atau intensitas, seperti "rumah-rumah" (banyak rumah) atau "lari-lari" (berlari kecil).Kontraksi Kata: Banyak kata yang mengalami kontraksi dalam bahasa percakapan.Â
Misalnya, "apa kabar" sering menjadi "apakabar", atau "baik-baik saja" menjadi "baek-baek aja".Inovasi Morfem Baru: Ada juga morfem baru yang muncul dalam bahasa Indonesia kontemporer, khususnya dalam bahasa slang atau bahasa gaul.Â
Contoh: penggunaan morfem "nge-" dalam kata-kata seperti "ngebut" (berkecepatan tinggi) atau "ngebaca" (membaca dengan cepat).Perkembangan dalam aspek fonologis dan morfologis ini menunjukkan dinamika dan adaptabilitas bahasa Indonesia dalam menghadapi perubahan sosial, budaya, dan teknologi. Fenomena ini mencerminkan fleksibilitas bahasa dalam menerima pengaruh baru serta kreativitas penuturnya dalam berkomunikasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H