Mohon tunggu...
APRIANI SILALAHI
APRIANI SILALAHI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Padjadjaran

menulis, membaca & touring

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pelecehan yang terjadi dalam Film Dear Nathan: Thank You Salma

24 Desember 2022   10:54 Diperbarui: 24 Desember 2022   11:12 752
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Mungkin bisa dibilang bahwa novel yang berangkat dari Wattpad tidak selamanya kosong. Dalam novel Thank You Salma yang telah diadaptasi ke dalam film dengan judul Dear Nathan: Thank You Salma, berhasil memberikan pembuktiannya. Pasalnya dalam novel ini bukan hanya kisah cinta remaja yang disajikan di dalamnya. Tetapi terdapat isu tentang perempuan yang bagi saya pribadi menjadikan Thank You Salma ini tidak kalah menarik untuk di kupas secara lebih mendalam.    

Thank You Salma bercerita tentang kehidupan Nathan dan Salma yang mulai beranjak dewasa, mereka mamasuki jenjang perkuliahan. Keduanya aktif dalam berorganisasi dan aktif juga dalam kegiatan sosial. Akan tetapi, kali ini Nathan dan Salma berlainan jalan, jika dilihat dari rangkaian cerita sebelumya (dari Dear Nathan, Hello Salma) yang hanya menampilkan kisah romansa dan sedikit bumbu pertikaian dalam hubungan antara Nathan dan Salma, di dalam Thank You Salma semuanya berubah.    

Salma lebih memilih untuk bergerak dengan memanfaatkan kecerdasannya untuk menyampaikan aspirasinya, terutama menggunakan media sosial. Sementara Nathan lebih suka untuk turun ke jalan untuk menyampaikan aspirasinya. Salma dan Nathan mulai bersebrangan paham dan pemikiran, terlebih saat Nathan sering turun ke jalan untuk melakukan demonstrasi. Hal itu membuat hubungan mereka renggang. Kekhawatiran Salma terhadap Nathan, membuat Salma harus mengambil keputusan berat, Salma memilih untuk memutuskan hubungannya dengan Nathan.    

Dalam cerita ini, Salma diceritakan bergabung dengan kegitan kemahasiswaan Bumi Syair, sebuah organisasi yang berfokus pada puisi dan musik setelah hubungannya dengan Nathan renggang. Nathan, selain aktif di himpunan juga aktif di organisasi yang peduli terhadap isu tentang kekerasan seksual bernama Love Yourself. Isu kekerasan seksual dan kesetaraan gender mulai muncul ketika teman sekelas Nathan, Zana diceritakan mendapat pelecehan oleh sahabat dekat Nathan, Rio.     

Saat mengetahui hal itu, Nathan mempertanyakan, mengapa Zana tidak melaporkan kasus pelecehan yang ia terima. Nathan juga tidak percaya hal itu dilakukan oleh seorang Rio yang dikenalnya sebagai aktivis yang aktif di BEM (Badan Eksekutif Mahasisa), himpunan dan merupakan calon Mapres (Mahasiswa Berprestasi). Nathan mulai menaruh simpati pada Zana, sebagai seorang aktivis Nathan tidak ragu untuk maju di garis terdepan dalam pembelaan kasus pelcehan yang melibatkan Zana sebagai korban.     

Kita kesampingkan soal cerita romansa dan unsur lain yang membangun keseluruan Thank You Salma. Mari kita berfokus pada kasus pelecehan seksual dan isu kerasan seksual di lingkungan kampus. Dalam novel diceritakan bahwa Zana mendapat pelecehan seksual dari Rio yang ternyata merupakan anak dari kepala Program Studi Teknik Mesin, yang merupakan program studi tempat Zara menempuh pendidikan di jenjang perguruan tinggi. Didampingi oleh organisasi Love Yourself akhirnya Zana melapor ke Dekanat Fakultas Teknik.     

Pemrosesan kasus Zana sebenarnya di damping oleh Bu Dewi (Salah satu dosen Fakultas Teknik), Nathan dan Rebeca (Teman Nathan dari organisasi Love Yourself) akan tetapi pihak dekanat tidak mengizinkan hal tersebut. Brirokrasi dari kasus yang menimpa Zana tidak menunjukan birokrasi yang transparan. Bahkan pihak dekanat memberi pilihan yang merugikan korban, pihak dekanat hanya akan memproses kasus yang menimpa Zana jika Zana tidak didampingi oleh siapapun.     

Nathan dan Bu Dewi sempat mempertanyakan kebijakan pihak dekanat terkait transapransi dalam penyelesaian kasus pelecehan yang melibatkan Zana. Namun dekanat bersikukuh dengan ketetpan yang mengkebiri hak-hak yang pelapor harusnya miliki, yakni hak perlindungan dan pendampingan. Kemudian dengan berat hati Zana dibiarkan untuk bercerita dan menjelaskan kronologi kejadian pemerkosaan yang dilakukan oleh Rio.     

Menurut keterangan Zana, ia mendapatkan perlakuan itu ketika ia pulang dari acara kampus. Zana berjalan di tengah gelapnya malam, lamu datang Rio menawarkan tumpangan. Rio berdalih jika terjadi sesuatu pada Zana maka Rio juga yang akan di salahkan, karena Rio merupakan salah satu penanggungjawab dalam acara tersebut. Zana semat menolak, namun dengan sedikit bujukan dari Rio akhirnya Zana menerima tawaran itu.     

Di dalam mobil tangan Rio mulai menjamah Zana, awalnya Rio hanya menanyakan mengapa Zana belum punya pacar, padahal Zana menurut Rio memiliki tubuh yang seksi. Dari perkataan Rio saya rasa itu sudah merupakan pelecehan seksual secara verbal. Setalah itu Rio berusaha untuk merangkul Zana. Zana menolak sekuat tenaga, hingga akhirnya ia berontak akan tetapi Rio tetap melakukan aksi bejatnya.     

Zana sempat melarikan diri. Akan tetapi Rio mengejarnya dan melayangkan ancaman padanya. Kemudian di ruang rapat dekanat, mendengar kesaksian dari Zana, pihak-pihak terkait dalam hal ini pihak dekanat malah menanyakan hal-hal yang menurut saya tidak pantas untuk ditanyakan pada korban yang mengalami kasus pelecehan seksual, karena hanya akan membuat korban trauma secara lebih mendalam.     

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun