Mohon tunggu...
Apriani
Apriani Mohon Tunggu... Guru - Guru

Seorang guru sebuah madrasah aliyah dengan basic pendidikan keguruan. Suka novel dan film. Tertarik dengan dunia menulis sebagai ajang ekspresi diri.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Santri (1)

4 November 2022   20:03 Diperbarui: 4 November 2022   20:07 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

            "Apa Bu Nyai lagi tinda'an ya.....?" Aku mulai bimbang untuk sowan."Ah nggak mungkin, buktinya tadi Pak Salim nyuruh aku untuk sowan, pastilah Bu Nyai masih menerima sorogan hapalan Al-Qur'an para mbak santri di dalam." Aku meyakinkan diriku sendiri bahwa Mbah pasti masih di ndalem. 

Sambil menunggu akhirnya aku memutuskan untuk duduk-duduk di kursi yang  memang telah disiapkan untuk para tamu yang akan sowan kepada beliau.

            Akua merasa sangat beruntung dapat menuntut ilmu di pondok ini. Karena melihat realita sekarang ini akua merasa sangat miris melihatnya. Banyak wanita yang rela dibonceng laki-laki tanpa ikatan yang jelas. 

Aku mengucapkan berkali-kali rasa syukur karena telah ditakdirkan berada disini. Kalau memang mereka laki-laki jantan, alangkah baiknya kalau mereka langsung saja meminta izin kepada orang tuanya untuk mempersunting putrinya, kalau begitukan enak dilihat, dan tidak menimbulkan fitnah dunia. 

Dan sayangnya semua laki-laki kebanyakan ciut nyalinya ketika ditantang untuk menikahi seorang perempuan.  Beraninya hanya di belakang, membawa ke sana kemari anak orang. Tidak punya malu.

            "Eh lihat tuh ada kang santri...."

            "Mana sih.....?"

            "Itu tuh yang di depan ndalem, emangnya dia mau ngapain ya...?"

            "Manis ya....?"

            "Huss...!!!."

 
            Aku hanya bisa tersenyum mendengar percakapan mereka. Aku berpendapat maklumlah mereka berkata seperti itu, karena memang mereka jarang sekali melihat laki-laki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun