Strategi menerapkan kultur pendidikan bertani di sekolah 0.4 GSM adalah melalui 4 area perubahan GSM.
Filosofi gaya pendidikan bertani,
Peserta didik diibaratkan seperti sebuah pohon, menurut pak Rizal, kita sebagai petani harus mengetahui jenis tanaman apa  yang akan kita tanam, serta harus mengetahui tanaman apa yang cocok untuk di tanam di suatu daerah, karena tidak semua jenis tanaman akan cocok untuk ditanam di satu daerah dengan daerah yanh lainnya.
Masih menurut pak Rizal, begitu juga dengan peserta didik. Jadi Guru harus mengetahui karakter peserta didiknya, karena antara satu peserta didik dengan peserta didik yang lain tidak bisa disamaratakan.
Pendidikan yang pertamakali ditumbuhkan itu adalah pendidikan karakter. Karena  Karakter individu tidak akan ada maknanya bila tidak ada karakter kebersamaan. Â
Pendidikan karakter bisa dibilang mudah sekaligus bisa dibilang sulit juga, karena perlu proses panjang dan keterlibatan para orangtuanya juga.
Setelah akar, maka akan tumbuh batang pohon yang kokoh, yang jika diibaratkan adalah seperti  penalaran atau pengetahuan.
Kemudian dari pohon akan tumbuh cabang dan ranting yang bisa diartikan sebagai kemampuan tata kelola, pemikiran, cara menyelesaikan masalah.
Tumbuhan yang subur bisa dilihat dari daun yang hijau dan lebat, sama seperti sekolah yang bisa diibaratkan rumah yang nyaman bagi para pendidik, modal sosial/komunitas dan berkolaborasi.
Hasil akhir dari tumbuhan akan menghasilkan buah ranum, hasil inovasi, teknologi dan sosial.
Pemateri memberikan pesan pada kami para guru, bahwa guru mengajar harus dari hati nurani, bukan hanya sekedar menggugurkan kewajiban.
Ciptakan belajar yang menyenangkan bagi para peserta didik, agar mereka merasa nyaman dan betah ketika belajar di sekolah, karena untuk siswa SD, sesungguhnya belajar itu adalah bermain.