Jujur saja, aku mendapat ide menulis seringnya ketika sedang beraktifitas di kamar mandi dan menjelang tidur. Puisi atau cerita sering mengganggu pikiranku, mereka seperti memaksa untuk aku tuturkan lewat tulisan.Â
Entah kenapa, sosok Ratminah pagi ini seperti memaksa untuk aku tuliskan kisahnya. Cerita Baridin dan Ratminah ini ditulis oleh Budayawan asal Cirebon, H. Abdul Adjib. Â Selain dalam bentuk buku, masyarakat Cirebon bisa menikmati cerita ini lewat Tarling dan teater. Dan sekarang sudah di Filmkan dan pertama kali diputar di Cirebon
Aku pernah memerankan sosok Ratminah ketika malam kreasi sewaktu pramuka dulu, setiap regu harus menampilkan kesenian, dan regu kami memilih cerita Baridin dan Ratminah. Teman satu tenda tidak ada yang mau tampil sebagai pemeran utama dengan alasan malu. Mau tidak mau aku memerankan sosok Ratminah dan temanku menjadi Baridin.Â
Banyak yang takut ketika aku memerankan sosok Ratminah, jujur saja waktu itu aku tidak tau kisah  Baridin dan Ratminah itu melegenda, khususnya di Cirebon dan Brebes.Â
Jika di Eropa punya cerita kisah romantis Romeo dan Juliet, di Persia ada kisah Qais dan Laila, maka di Cirebon ada kisah Baridin dan Ratminah.Â
Baridin dan Ratminah adalah kisah klasik cinta bertepuk sebelah tangan karena perbedaan status.Â
---
Diceritakan Baridin adalah sesosok pemuda miskin yang bekerja serabutan dan tinggal berdua bersama ibunya yang bernama mbok Wangsi seorang buruh tani.
Baridin bertemu dengan wanita cantik dan jatuh hati pada wanita  yang bernama Suratminah biasa dipanggil Ratminah. Anak keluarga kaya raya. Memang jika cinta datang tak peduli akan status dan siapa yang dicintai, begitupun dengan Baridin. Ia memaksa ibunya untuk melamar Ratminah pada orangtuanya, karena Baridin ingin memiliki Ratminah seutuhnya.
Tapi sayang seribu sayang, Ratminah perempuan yang dicintainya menolak mentah-mentah lamaran Baridin. Ratminah melempar hantaran  yang sedang dipegang mbok Wangsi. Bahkan Ratminah berani meludahi mbok Wangsi.
Mereka pulang dengan merasa terhina. Mbok Wangsi menerima perlakuan Ratminah dengan ikhkas, tapi tidak dengan Baridin, sakit hati bercampur dendam di hatinya, ia tak terima ibunya dihina. Cintanya yang besar berubah menjadi rasa benci teramat sangat.