Bagian Enam
"Si Belah terus berjalan, hingga akhirnya di antara dua alam Ia bertemu dengan Jalaluddin Rumi, seorang penyair sufi yang tengah bersenandung di jalan sunyi," Jabrik kembali meneruskan cerita tentang Si Belah.
"Jalaluddin Rumi? Kayak pernah dengar namanya," Oneng mencoba mengingat nama penyair sufi.
Setelah meneguk Kopi di dalam Cangkir, serta membakar sebatang rokok, menghisapnya dalam-dalam dan menghembuskan asapnya secara perlahan-lahan, Jabrik kemudian membacakan karya Jalaludin Rumi yang berjudul "Dia tidak di tempat lain"
Oneng mendengarkan salah satu puisi milik Jalaludin Rumi yang berjudul Dia tidak di tempat lain sambil terus meremas-remas Tissue di tangannya. Â
 "Saat mendengar dan meresapi kata demi kata yang terucap dari bibir sang Penyair Sufi, Si Belah menangis, hingga akhirnya tertidur pulas. Dan di dalam mimpinya itu Ia melihat bahwa dirinya tengah berjalan seorang diri, memasuki jalanan yang begitu sunyi. Ia  merasa hanya seorang diri di dunia ini, akhirnya Ia menangis sesegukan, ia  begitu rindu bertemu  dengan Tuhan . Saat tengah menangis pilu itulah, tiba-tiba saja Ia mendengar seperti ada suara yang menyapanya." Jabrik menggambarkan kondisi Si Belah saat itu sambil menatap kedua mata Oneng.
 "Suara apa?" tanya Oneng melihat tissue di tangannya, Ia tidak berani membalas tatapan mata lawan bicaranya.
"Hai Belah, apa yang engkau cari?" kata Jabrik menirukan suara yang bertanya kepada Si Belah.
"Terus apa jawaban Si Belah?" tanya Oneng.
"Aku hendak mencari Tuhan," Jabrik kali ini berusaha menirukan jawaban Si belah.