Bagian Dua
"Terus gimana cara Si Belah berjalan ya?" tanya Oneng sambil mengambil sehelai tissue di atas Meja dan segera mengelap telapak tangannya.
"Entahlah, aku juga sulit untuk membayangkan bagaimana Si Belah ini bisa berjalan," kata Jabrik sambil memperhatikan tissue di tangan Oneng.
"Iya," jawab Oneng, masih meremas-remas tissue di tangannya.
"Seperti kata orang tua jaman dulu, semakin jauh berjalan, maka akan semakin banyak yang bisa dilihat. Begitupun dengan Si Belah ini. Ia telah banyak melihat dan tingkah laku Anak-anak manusia dari semua Suku, Ras dan Agama selama berjalan mengelilingi dunia ketika hendak mencari Tuhan," kata Jabrik sambil menelan air ludahnya sendiri, saat melihat Oneng meminum air putih dengan kedua mata sedikit terpejam di depannya.
"Ehmmm, Iya." jawab Oneng menyudahi tegukan terakhirnya, lalu mengambil tissue dan mengelapkan ke bibirnya.
"Selama berjalan mencari Tuhan, Si Belah banyak sekali mendapatkan pengetahuan baru, terutama tentang bagaimana Tuhan di mata Anak-anak manusia lainnya, tentunya dari sudut pandang mereka," Jabrik berkata sambil kembali melihat ke arah bibir tebal milik Oneng yang terlihat sedikit basah, merah dan merekah selesai meminum Segelas air putih hingga kandas tak bersisa.
"Iya" jawab Oneng lagi sambil memainkan tissue bekas mengelap bibirnya itu dengan kedua tangannya. Mungkin Ia merasa risih dengan tatapan mata lawan bicaranya yang sedari tadi terus memperhatikan bibir dan juga dadanya.
"Dari tadi kok cuma menjawab Iya, iya saja sih? Gak menarik ceritanya ya?" tanya Jabrik penuh selidik pada Perempuan muda yang memiliki lekuk tubuh bak Gitar Spanyol di depannya.
"Menarik kok, alot malahan! Kayak tangan kita yang tadi sempat tarik menarik pas sedang berjabatan tangan," jawab Oneng sedikit mangkel saat mengingat perjuangannya tadi melepaskan genggaman Lelaki konyol di depannya ini.