Ini hanyalah sekelumit ceritaku tentang Dia. Dia tak terlihat tapi ada. Dia yang jejak perjalanannya terekam jelas dalam ingatanku. Â Aku tau Dia tidak membutuhkan pintu untuk menemuiku, baik dimasa lalu, masa kini dan masa depan nanti.
Di kesunyian malam yang tak berbintang, di bawah derasnya air hujan, di tengah malam Dia datang menemuiku, disaat Aku  merasa sendirian dan dilanda kebimbangan tak tau arah tujuan.
Di kesunyian malam, dalam curahan air hujan penantian, Aku sadar bahwa sesungguhnya Dia adalah sosok yang selama ini aku cari dalam kesunyian.
Di pengujung waktu, Aku terdiam saat mengingatnya dan berusaha untuk menuliskan tentang kisah perjalanan. Di penghujung waktu Aku sadar jika Dia adalah sosok yang selama ini bersemayam dan mengisi ruang hatiku hingga tak ada tempat untuk yang lain lagi.
Di ujung waktu Aku ingin Dia adalah sosok yang  mengiringi langkahku, di masa kini dan masa depan nanti. Di ujung waktu, Aku tau bahwa Dia adalah sosok yang pernah menarik tanganku, meninggalkan masa lalu yang begitu kelam dan mengajakku terus berjalan di masa kini menuju masa depan yang penuh bintang.
Di ujung waktu Aku dan Dia terus berjalan di jalanan sunyi, tempat yang hanya ada Aku, Dia dan Tuhan kami. Di ujung waktu Aku sadar ternyata Dia Sang Waktu yang dihadirkan Tuhan untuk menemani perjalanan hidupku.
Di ujung waktu, Aku dan Sang Waktu terus berjalan, meninggalkan jejak-jejak perjalanan di masa lalu, masa kini dan masa depan menyusuri jalanan sunyi menuju keabadian.
Catatan: artikel ini tayang di Secangkirkopibersama.comÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H