Mohon tunggu...
Apriani Dinni
Apriani Dinni Mohon Tunggu... Guru - Rimbawati

Biarkan penaku menari dengan tarian khasnya, jangan pernah bungkam tarian penaku karena aku akan binasa secara perlahan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Selamanya Milikmu

5 Juli 2020   09:40 Diperbarui: 5 Juli 2020   09:44 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
wallpaperbetter.com

Rangkaian kata telah terucap, jari jemari tergenggam, bersama arungi samudera, gulungan ombak menghempaskan, terkadang menenangkan.

Percikan  api terkadang hanguskan satu sayap, tak hirau, tetap terbang dan  terbang, menangkap untaian kata dari langit ke tujuh.  

Menatap langit hitam, berharap hembusan awan mencerahkan, berbisik:

"Tuhan, kembalikan satu sayapku, agar bisa menembus ruang dan waktu"

Tatapan mata dari kejauhan, menghapus genangan, tumpah bersama derasnya hujan. Mengaburkan.

Bagimu, kata bermakna ibarat pengikat nyawa di dalam raga. Menghapus aliran menganak sungai, aku tau engkau tak pernah berkata biru itu hitam dan hitam itu biru.

Aku milikmu dan selamanya akan tetap begitu. Aku Hawamu dan engkau adalah Adamku. Merangkai aksara bernyawa sebagai penerima maaf pelebur dosa. Sebuah ikatan bersimpul mati.

ADSN1919

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun