Mohon tunggu...
Apriani Dinni
Apriani Dinni Mohon Tunggu... Guru - Rimbawati

Biarkan penaku menari dengan tarian khasnya, jangan pernah bungkam tarian penaku karena aku akan binasa secara perlahan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Undakan Rasa

25 Februari 2020   04:20 Diperbarui: 29 Februari 2020   21:47 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: wattpad.com

Engkau dan aku berada pada undakan kesebelas, ketika mata-mata menatap kejam, mulut-mulut sinis menyapa, engkau genggam erat tanganku, tatapan meyakinkan, bersama menghalau aral.

Masih kurasa, engkau usap butiran air mata yang jatuh ke Bumi dengan sebuah kecup hangat. Yakinkan engkau ada untukku.

Engkau kecup kening, membentangkan kokoh sayapmu, menentramkan rasa, aku bersembunyi dibalik sayapmu, engkau bawa aku terbang tinggi menembus langit ketujuh. Menjauh dari mata-mata curiga, menjauh dari mulut penuh taring. 

Dalam dekapan sayapmu aku bersembunyi dibalik awan. Berharap perjalanan yang masih terasa panjang ini akan segera sampai di tujuan.

Adsn1919

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun