Mohon tunggu...
Apriani Dinni
Apriani Dinni Mohon Tunggu... Guru - Rimbawati

Biarkan penaku menari dengan tarian khasnya, jangan pernah bungkam tarian penaku karena aku akan binasa secara perlahan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Hampa

2 November 2019   22:41 Diperbarui: 2 November 2019   23:05 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahukah engkau, ketika cinta terasa menyiksa, sakitnya bagai kulit dikuliti, ketika tubuh hadir tanpa jiwa,  melayang jauh, engkau bawa jiwa tapi tubuhku belum engkau bawa.

Tahukah engkau, bagaimana rasanya menjalani dalam keterpaksaan, sampai lupa bagaimana untuk tersenyum, yang aku tahu hanya airmata menjadi sahabat.

Tahukah engkau, ketika makmum sudah keluar barisan dan dipaksa untuk berada dalam barisan, ikatan halus terasa kencang menggores berdarah.

Tahukah engkau, bagaimana hidup terasa hampa, bernyawa seperti tak bernyawa, kegelapan enggan menyapa, dalam terang aku bersembunyi.

Tahukah engkau, aku ingin engkau membawa tubuhku satukan dalam jiwa yang engkau bawa, bersamamu aku ingin terbang diangkasa, pegang erat jemariku 

atau ....

aku mati perlahan.

ADSN1919

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun