Ketika purnama lelaki sampan menarikku dari keramaian, mendudukkanku di tempat paling tinggi, jauhi tangan-tangan kotor meraih tubuh, terlihat tangan-tangan menggapai.
Lelaki sampan menyimpan buliran airmataku, tersembunyi entah dimana, lelaki sampan tak ingin airmata menggenangi mataku, memberi senyuman pada bibir mengenyahkan airmata.
Di puncak bukit tertinggi terlihat manusia bertaring menari tak Terarah, semakin kuat semakin liar perlahan tubuh mereka koyak, mereka tertawa terbahak-bahak tak menyadari menari dalam genangan darah mereka sendiri.
Diatas puncak bukit tertinggi aku dan lelaki sampan diam terpaku, melihat mereka tenggelam dan menghilang.
ADSN1919
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H