Mohon tunggu...
Apriani Dinni
Apriani Dinni Mohon Tunggu... Guru - Rimbawati

Biarkan penaku menari dengan tarian khasnya, jangan pernah bungkam tarian penaku karena aku akan binasa secara perlahan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[AdSM] Tangisan Putri Cantik Kita

13 Agustus 2019   08:04 Diperbarui: 13 Agustus 2019   08:18 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sayang, kamu lagi apa?" Terdengar suara si Mas di ujung sana.

"Masih ada materi say, lanjut kelompok aku diskusi, satu jam lagi selesai mas, " kataku berbisik, karena pemateri sedang bicara.

"Oh ya udah lanjut,"

"Ada apa Mas? Putri baik-baik aja kan?"

"Iya."

Lima belas menit kemudian  suamiku mengirim vidio dan kulihat putri cantik kita sedang menangis, terdengar suaranya sangat menyayat hati.

"Mau telepon bunda, mau telepon bunda," rengeknya sambil guling-guling di pembaringan.

"Bunda sedang sibuk sayang," terdengar suaramu menenangkan putri kecil kita.

Aku melihat putri kita tambah keras tangisannya. Tak terasa mataku berkaca-kaca, merasa bersalah meninggalkan mereka berdua di rumah, sedang aku tugas di luar kota selama 4 hari.

Kalau bukan karena tugas dari kantor, tak mungkin aku tega meninggalkan mereka berdua di rumah. Dan si mba yang biasa menjaga putri kami sedang izin karena anaknya sakit, mau tidak mau suamiku izin dari kantornya dan mengerjakan pekerjaan kantor di rumah sambil menjaga putri kami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun