Mohon tunggu...
Apriani Dinni
Apriani Dinni Mohon Tunggu... Guru - Rimbawati

Biarkan penaku menari dengan tarian khasnya, jangan pernah bungkam tarian penaku karena aku akan binasa secara perlahan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Perempuan Desember dan Lelaki Juli

9 Juli 2019   22:06 Diperbarui: 9 Juli 2019   22:56 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertama kali lelaki Juli datang menemui, purnama tepat di atas kepala dengan bentuk yang sempurna bulat tanpa cacat. Dalam keremangan malam lelaki Juli melihat perempuan Desember duduk sendiri, dengan sisa genangan  di sudut matanya, terlihat kesedihan teramat sangat, menanti yang tak pernah datang.

Lelaki Juli selalu mengintai di balik jendela terkadang berdiri di depan perempuan Desember. Dulu perempuan Desember tak pernah merasakan kehadirannya, diam-diam lelaki Juli mendatangi ruang mimpi perempuan Desember dengan membawa sebongkah rasa.

Perempuan Desember tak pernah menyadarinya. Lelaki Juli butuh sembilan puluh sembilan hari sembilan belas jam sembilan belas detik untuk membuat perempuan Desember menyadari kehadiran sosoknya.

Lelaki Juli membawa seikat kuntum cerita mengundang perempuan Desember ke rumahnya, perempuan Desember tak pernah meladeni ajakan lelaki Juli, karena dalam pikiran perempuan Desember lelaki Juli hanya mempermainkan rasanya seperti para lelaki yang berusaha mendekati perempuan Desember.

Lelaki Juli menghampiri disaat perempuan Desember merasa terpuruk dan ingin menjauhi para lelaki yang selalu bermulut manis, perempuan Desember merasa lelah teramat sangat dengan para lelaki yang selalu menggoda dengan berbagai cara.

Tak lelah lelaki Juli selalu meyakinkan dan memberi kekuatan pada perempuan Desember, lelaki Juli berjanji dihadapan Tuhannya untuk selalu menjaga perempuan Desember dalam satu ikatan suci, menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing.

ADSN, 090719

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun