Mohon tunggu...
Apriani Dinni
Apriani Dinni Mohon Tunggu... Guru - Rimbawati

Biarkan penaku menari dengan tarian khasnya, jangan pernah bungkam tarian penaku karena aku akan binasa secara perlahan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mawar Hitam dengan Satu Kelopak Putih

29 Mei 2019   23:52 Diperbarui: 30 Mei 2019   01:25 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika mawar putih merekah menggoda kumbang
Dahulu kumbang selalu datang mendatangi mawar putih
Kini kumbang pindah haluan pada mawar hitam
Sang kumbang merasa nyaman hinggap pada mawar hitam

Mawar putih yang terlihat bersih masih menggoda kumbang
Merekah supaya sang kumbang datang kembali
Berbagai cara dilakukan mawar putih mencari perhatian kumbang
Berpura-pura ikut perlombaan antar bunga, supaya kumbang menghampiri

Mawar hitam yang terlihat pekat hanya diam melihat
Sang kumbang selalu mendatangi mawar hitam
Biar terlihat hitam tetapi satu kelopak putih tersembunyi
Mawar hitam bagai langit tak berbintang tak pernah menggoda kumbang

Mawar hitam tak ingin terlihat putih
Biar sang kumbang melihat dan datang sendiri
Mawar hitam percaya pada sang kumbang
Datang karena keinginan sendiri

Mawar putih yang terlihat suci tak lelah menggoda
Sepanjang hari mengeluarkan harum penggoda
Mengincar sang kumbang karena ia tahu kelemahannya
Sang kumbang bertahan tak menghampiri

Seharusnya mawar putih yang terlihat bersih menyadari kenapa sang kumbang pergi
Ketika mawar putih yang terlihat suci menolak satu penawaran
Sang kumbang tanpa sengaja hinggap di mawar hitam
Mawar hitam menerima penawaran sang  kumbang

Mawar hitam menyimpan satu kaki sang kumbang
Di mana mawar hitam akan merasakan apa yang terjadi pada sang kumbang
Begitupun bila mawar putih yang terlihat bersih masih menggoda sang kumbang
Mawar hitam hanya diam dalam kepasrahan walau perih

Kemanakah sang  kumbang akan hinggap?

ADSN, 290519

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun