Mohon tunggu...
Apriani Dinni
Apriani Dinni Mohon Tunggu... Guru - Rimbawati

Biarkan penaku menari dengan tarian khasnya, jangan pernah bungkam tarian penaku karena aku akan binasa secara perlahan

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Aku, Engkau, dan Dia

11 Mei 2019   17:11 Diperbarui: 11 Mei 2019   18:45 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di atas sampan kutulis cerita tentang sebuah perjalanan, tertulis pada sobekan kertas yang telah menguning dimakan waktu. kusimpan dalam botol yang ku lempar ke lautan, biar penghuni laut menyimpan cerita ini.

Engkau masih ingat ketika Dia membawamu di hadapanku, ketika aku terisak, buliran airmata jatuh ke bumi,  Dia bilang bagai mata air yang berhenti di penghujung malam.

Mungkin kau masih ingat ketika Dia membawamu ke ruang hampaku, ketika doa tercurah dari hati terdalam mohon ampunan, menjerit tertahan, sebagai pendosa, takut akan kematian. Dia bilang bagai pepohonan yang rubuh menyembah padaNya. Di suatu malam yang semua orang ingin menemuinya.

Ketika itu malam purnama, ketika bulan sempurna bulatnya, Dia selalu berbisik doaku didengar olehNya! Doaku didengar olehNya! Aku tak berani menjawab, lidah terasa kelu, siapa aku? Siapa kamu? Dan siapa Dia? Ah aku hanya manusia berbaju dosa, apa aku layak?

Dia membawa engkau, sebagai pengingat bahwa Tuhan menyayangiku, dengan mengirim Dia dan Engkau dalam hidupku. Saat ini ketakutanku hilang bila Tuhan ingin mempertemukanku dengan dia, dalam ketiadaanku.

ADSN
Kota Depok, 110519

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun