Mohon tunggu...
Apriani Dinni
Apriani Dinni Mohon Tunggu... Guru - Rimbawati

Biarkan penaku menari dengan tarian khasnya, jangan pernah bungkam tarian penaku karena aku akan binasa secara perlahan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Menuju Pulang

11 Mei 2019   08:15 Diperbarui: 11 Mei 2019   08:18 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
alpasya.blogspot.com

Bagai burung yang terbang kian kemari, hinggap dari pohon ke pohon sampai kerontang, melawan hembusan angin dan terpaan cuaca yang kadang tak bersahabat,  Memaksakan diri melawan waktu.


Terkadang dalam pelukan daun hijau, kadang bergelayut pada dahan kerontang, entah apa yang dicari tak lelah menembus langit.

Sampai saatnya ia terhenti dari perjalanan, ia harus berhenti dan pulang!

Sebelum sayap patah terhembus angin topan, tubuh dalam pelukan pohon kokoh berbatang coklat berdaun hijau, pohon yang tumbuh ditempat tak semestinya, dimana hanya ia yang tumbuh pohon lain binasa.

Ranting pohon mengikat halus kaki sang burung, supaya tak hinggap di pohon lain, pada akhirnya burung tunduk pada sang pohon. Menanti, menuju pulang.

ADSN
Kereta Tegal Bahari, 110519

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun