Mohon tunggu...
Apriani Dinni
Apriani Dinni Mohon Tunggu... Guru - Rimbawati

Biarkan penaku menari dengan tarian khasnya, jangan pernah bungkam tarian penaku karena aku akan binasa secara perlahan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Biarkan Kuterlelap

16 April 2019   12:34 Diperbarui: 16 April 2019   13:00 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malam ini tertidur pulas, pun engkau di sana, merenda impian bersama memasuki lorong-lorong waktu, di mana hanya ada aku dan kau. Tempat di mana tak ada rasa iri, tak ada kebencian, tak ada caci maki yang ada cinta kasih.

Malam ini kita pejamkan mata dengan senyum kecil, setelah kau masuki ruang hati dengan wajah berhias cahaya cinta, kau dan aku menggapai satu rasa, rembulan kemerahan  tersipu malu.

Malam-malam begitu tenang ketika kupadamkan panah api yang mengarah pada kita, bersama kita tiup bara api yang membakar rasa.

Malam ini dan nanti kuingin tertidur lelap dalam dekap malam, jangan gelisah karena akupun akan merasakannya, tidurlah biarkan kuterlelap sejenak, tunggu aku di sana, dimana hanya  ada kau dan aku tiada yang lain.

ADSN, 160419

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun