Mohon tunggu...
Apriani Dinni
Apriani Dinni Mohon Tunggu... Guru - Rimbawati

Biarkan penaku menari dengan tarian khasnya, jangan pernah bungkam tarian penaku karena aku akan binasa secara perlahan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kopi Beraroma Senja

9 April 2019   16:04 Diperbarui: 9 April 2019   16:51 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Memang aku sering bertanya padamu, tentang rasa kopi beraroma senja, kau hanya diam mengajakku duduk, kau seduh kopi hitam pekat menggoda, kau berbisik tentang kesetiaan merpati yang melayang di petang hari

Di bawah cakrawala jingga kau memintaku mereguk kopi beraroma senja, kopi hitam pekat terasa manis ketika perlahan kau tiup gerombolan  anai-anai di daun telinga, segelas kopi beraroma senja membuat aku bermanja padamu

Senja dengan segelas kopi, duduk berdua ditempat sunyi hanya terdengar napas angin dan binatang malam, kau memintaku duduk diam sambil memeluk kau berkisah tentang rumpun-rumpun kopi juga tentang airmata  dibungkam janji

Kau selalu memintaku duduk dan diam ketika meneguk seteguk kopi, tak akan aku menagih janji karena itu akan menodai, tak akan aku berkata tentang mimpi kalau itu akan menyakiti karena aku akan bersamamu mengurai tabir jendela menyelami takdir kata-kata

ADSN


Cat: puisi terinspirasi dari puisi Uda Zaldy 'Balada Kopi Beraroma Senja' maaf puisinya aku obok-obok, kalau marah lewat WA saja hehehehe

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun