Mohon tunggu...
Apriani Dinni
Apriani Dinni Mohon Tunggu... Guru - Rimbawati

Biarkan penaku menari dengan tarian khasnya, jangan pernah bungkam tarian penaku karena aku akan binasa secara perlahan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Terbelenggu Masa Lalu

7 April 2019   20:01 Diperbarui: 7 April 2019   20:06 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadis kecil berambut keriting   meronta, mencakar, menggigit lengan pria yang memeluknya dari belakang. Sebenarnya ia tak paham mengapa orang kepercayaan kakeknya begitu nafsu dan beringas padanya seperti binatang lapar.  Memaksa mencium bibirnya dengan kasar, menggigit lehernya menarik tubuh mungilnya ke atas pembaringan, ia ingin menangis tapi tak bisa saking takutnya.

Gadis kecil berambut ikal berusaha  berteriak tapi  mulutnya langsung  dibekap, laki-laki dewasa itu berusaha menindih tubuh mungilnya, gadis kecil itu  meronta tapi lemah, di bawah tubuh laki-laki dewasa yang menindihnya kaki kecilnya terus menendang semampu yang ia bisa, sampai akhirnya kaki mungilnya tak sengaja menendang  alat vital lelaki itu, terdengar suara  kesakitan dari laki-laki dewasa itu. Gadis kecil berambut ikal berlari ke luar kamar.

Gadis kecil berambut ikal dan berkulit hitam manis tak berani bercerita pada orangtuanya, ia diam dalam ketakutan, di rumah itu, ya dirumah kakeknya sendiri ia merasa jiwanya terancam. Orang kepercayaan kakek yang biasa ia panggil mang Wardi, berusaha melukainya, memang ia biasa digendongnya, orangtuanya sering meminta mang Wardi untuk mengantar ia ke sekolah.
***
Kejadian tiga puluh tahun yang lampau, masih membekas di memori ku. Setiap hari menghantuiku, membuat aku takut berdekatan dengan para pria, tak usah aku sebut satu persatu pria yang mengharap cintaku.

Jujur saja aku pernah menerima cinta teman kuliahku, karena aku ingin menghilangkan trauma masa kecil, tapi tak bertahan lama karena ketika pacarku ingin menciumku aku langsung mual, ternyata rasa takut itu masih menghantuiku. Aku tak tahan dan kasihan pada pacarku, akhirnya aku putuskan hubungan kami.

Mungkin aku terlihat ego, tapi aku merasa takut dan gemetar ketika  ia memelukku aku berusaha menghindar, mungkin ia kaget karena kalau di WA atau di telpon aku begitu romantis dan berharap bertemu dengannya.
***
Saat ini usiaku menginjak tiga puluh lima tahun, sudah S2 dan menjadi ASN. Orang tua mendesak aku untuk segera menikah, mereka selalu menanyakan calonku dan punya rencana menjodohkan aku dengan anak sahabat bapak  di Pekan Baru. Mereka sangat cemas  karena kakak dan adikku sudah menikah semua.

Rekan kerjaku suka aneh melihat aku masih jomblo, karena menurut mereka perawakanku sangat menarik, tinggi, berkulit hitam manis, bulu mata lentik dan pintar. Di mata mereka aku mendekati sempurna.

Mereka juga sibuk menjodohkan aku dengan orang Padang,  orang Solo, orang Makassar, orang Aceh sampai orang Papua, foto-fotonya mereka perlihatkan padaku. Aku lihat ganteng-ganteng dan sudah mapan, ada yang masih bujangan dan ada yang sudah duda. Aku hanya tersenyum tapi tak berminat.

Mereka tak putus asa menjodohkan aku, diam-diam memberi nomor HP ku pada mereka. Yang sering menghubungi aku adalah orang Bukit Tinggi ia seorang ASN duda beranak dua, dia biasa kupanggil Uda dan orang Solo seorang tentara masih bujangan aku sebut saja Mas. Aku takut menyakiti mereka jadi aku anggap sahabat saja. Teman-temanku agak kecewa melihat sikapku yang dingin.
***
Tadi malam aku disidang keluarga besarku, agar aku segera menikah dengan pilihan mereka yang orang Pekan Baru, aku tak asing dengan laki-laki itu karena ia teman kecilku ketika di Bandung, dari dulu ia suka iseng padaku, aku sering dibuatnya menangis. Kami terpisah karena ia ikut orang tuanya pindah ke Pekan Baru.

Dan laki-laki  berambut ikal itu mau dijodohkan denganku? OMG. Orang tuaku bilang mas Win sudah lama mencari keberadaanku, dia berani memintaku pada orangtua dan  sampai sekarang dia masih bujangan, menunggu jawabanku.
***
Aku harus mengambil sikap, tak boleh tenggelam dalam trauma yang membelenggu, aku ingin keluar dari rasa takut ini.

Saat ini tiga pria menunggu jawabku.

Menurut para sahabat aku harus memilih yang mana?
***
ADSN

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun