Mohon tunggu...
Dini Apriani
Dini Apriani Mohon Tunggu... -

seorang mahasiswi yang tengah dalam proses pembelajaran berusaha jadi yang bermanfaat bagi lingkungan dan orang lain di sekitarnya. Karena sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain :)

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ketika akhirnya logika dikalahkan passion dan hati

29 September 2012   16:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:29 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teruntuk kalian para wanita muda yang tak pernah yakin dengan mimpinya,

Tahukah kalian wanita (sengaja saya menyebut wanita bukan perempuan kata kata tersebut sering diartikan EMPUnya tuAn yang artinya ketidakbebasan wanita) yang hidup di jaman modern ini sungguh beruntung. Dimana kita sudah setara dengan kedudukan seorang laki-laki. Pekerjaan apakah yang kita masih membedakan kita semua? Saya rasa tidak ada. Jika dulu perempuan menurut masyarakat Betawi identik dengan kasur, sumur, dan dapur tentu hal ini sekarang salah, wahai wanita... Kita bebas meraih apa yang kita cita-citakan, apa yang kita impikan dan apa yang nantinya dapat kita banggakan.

Seorang sahabat saya pernah berkata “orang yang paling beruntung adalah orang yang dapat hidup dengan apa yang menjadi passion-nya” ucapan dia terus terngiang di pikiran saya, bagaimana jika terkadang apa yang kita impikan ternyata tidak sejalan dengan apa yang stigma masyarakat kebanyakan? Hm, saya kembali berpikir kita ini hidup untuk siapa? Kebahagiaan kita atau kepuasan orang lain? Kenapa kita sering melihat kesuksesan orang lain sebagai tolak ukur kesuksesan kita kelak? Bagaimana mungkin kata hati lebih sering dikalahkan oleh logika dan ego? Bukankah kesuksesan itu relatif sedangkan kebahagiaan itu mutlak? Wahai wanita, untuk membantu menjawab pertanyaan ini saya kembali terkenang dengan teman semasa saya SMK. Sedari dulu SMK kami terbiasa melihat paradigma IPA terlihat lebih superior dibandingjurusan lain, seolah jurusan lain tidak dapat lebih sukses dibanding kami.Ditambah jurusan kami ini agak sulit untuk mengembangkan bakat dan minat di bidang lain, seolah kami ini rakitan robot siap bekerja sesuai perintah. Tapi seorang teman saya ini, yang menurut saya berhasil memecahkan paradigma ini, Wanita. Dia membuktikan bahwa lulusan SMK analis kimia dapat sukses berkuliah di non IPA. Ya, dia memilih berkuliah di jurusan komunikasi salah satu universitas swasta. Jurusan ini membuat kami terperangah, bagaimana bisa seorang yang bagai rakitan robot yang mampu segera bekerja menghasil pundi-pundi malah memilih kuliah di sebuah universitas swasta yang terkenal mahal. Tapi kehidupan ini memang unpredictable. Penuh kejutan. Dulu ketika sekolah, teman saya ini sangat jago menari kami sekelas sering bertanya, “Buat apa menari ini? Akan membawa kita kemana tarian ini selain untuk sekadar bersenang-senang?”. Pertanyaan kami terjawab sudah, 9 bulan setelah kuliah teman saya berhasil terbang dan menetap 1 bulan gratis di Spanyol dan Portugal. Wow! Siapa yang pernah menyangka dibalik sekadar hobi yang ia tekuni bisa membawanya terbang dan jauh meraup sebanyak mungkin pengalaman hidup di usia muda yang belum 20 tahun. Kejadian ini seakan jadi tamparan khususnya bagi saya yang selalu berpikir bahwa hidup ini mengikuti pola dan tumbuh dalam stigma masyarakat yang terkadang kejam. Saya menyadari dan mendapat bukti Passion membuat kita selalu bersemangat dan tak kenal lelah, tak peduli sesulit dan semenyakitkan apa proses kita untuk meraih kesuksesan. Apabila terjatuh kita akan kembali bangkit, berjalan dan berlari dalam mengejar mimpi yang menjadi passion kita. Saya sendiri tengah berusaha meraih mimpi ditempat yang sejak dulu yang mimpikan. Ya, berkat teman ini saya merasa yakin bisa sukses dan mematahkan stigma masyarakat bahwa tak hanya jurusan IPA yang ‘laku’ di dunia ini. Sungguh wanita, Tuhan itu Maha Mendengar apa-apa permintaan hambanya.

Wahai wanita, dari sedikit cerita ini semoga dapat dipetik hikmah, jangan pernah kecilkan kekuatan mimpi dan doa, yakinlah pada apa yang sudah menjadi passionmu, tegakkan kepalamu dan berjalanlah lurus menggapai mimpi kita untuk memajukan wanita Indonesia. Tak akan pernah ada sesuatu yang sia-sia selama kita memperjuangkan dan meyakininya, selalu lakukanlah apa yang menjadi kesukaanmu, karena hidup cuma sekali dan suka atau tidak kita tengah berada dalam antrian akhir berupa kematian. Tetap semangat dan wujudkan mimpimu wahai wanita Indonesia!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun