Seiap yang hidup pasti akan merasakan mati. Ketika kematian itu menghampiri, kita tidak dapat menghindar dari takdir itu. Terkadang kematian akan datang tiba-tiba, tanpa seorang pun tahu kapan kita akan mengalami kematian.
Ketika kita mati, kita tidak akan membawa apapun selain amal perbuatan kita selama di dunia. Harta, jabatan, pencapaian tidak akan mengikuti sampai ke liang lahat, bahkan sekalipun orang tersayang kita itu tidak akan mengikuti kita sampai ke liang lahat. Seperti yang penulis gambarkan di potongan puisi berikut.
Pada suatu hari nanti
Jasadku tidak tak akan ada lagi
Tapi dalam bait-bait sajak ini
Kau takkan kurelakan sendiri
Pada bait pertama puisi " Pada suatu hari nanti"Â penulis memberikan peringatan bahwa suatu saat nanti kita akan mengalami kematian, kematian itu sudah pasti akan terjadi. Ketika kita mati, jasa kita akan dikubur di bawah tanah. Tanah yang selalu kita injak ketika berjalan. Tetapi jauh di dalam lubuk hati kita, kita tidak ingin meninggalkan orang tersayang kita sendiri kan? dan pastinya kita juga tidak rela dan tidak ingin hal itu terjadi. Kita berusaha sebisa mungkin agar orang lain selalu merasakan kehadiran dan kita meskipun sudah tidak lagi bersama, seperti yang penulis gambarkan dalam bait berikutnya.
Pada suatu hari nanti
Suaraku tak terdengar lagi
Tapi di antara larik-larik sajak ini
Kau akan tetap kusiasati
Dalam bait kedua penulis kembali menegaskan tentang kematian, meskipun kita sudah tidak ada lagi didunia ini, kita selalu ingin orang tersayang kita selalu bersama kita dalam keseharian kita. Tetapi apa boleh buat jika kematian telah menghampiri? Suara kehidupan tidak dapat dirasakan lagi karena kematian telah menjumpai. Akan tetapi kita berusaha membuatnya abadi di dalam raga orang tersayang kita agar selalu mengingat kita seperti yang penulis gamparkan dalam bait selanjutnya.
Pada suatu hari nanti
Impianku pun tak dikenal lagi
Namun disela-sela sejak ini
Kau takkan letih letihnya kucari
Pada bait ke tiga, paragraf pertama penulis menegaskan ke tiga kalinya tentang kematian, ketika kita sudah tidak lagi hidup di dunia, impian dan harapan akan putus dan terlupakan. Pencapaian yang kita raih pun akan hilang ditelan oleh waktu. Semua yang berharga ketika di dunia sudah tidak ada artinya, melainkan hanya amalan yang kita berbuat selama hidup di dunia.
Pada paragraf ke tiga dan ke empat menjelaskan bahwa impian yang kita inginkan akan sirna jika kematian telah menjemput. Tetapi kita tetap harus berusaha tanpa lelah, anpa letih untuk menggapai impian kita meskipun banyak rintangan. Jika itu yang kita inginkan, maka itu yang harus kita kejar sampai kita mendapatkannya.
Puisi karya Sapardi Djoko Damono yang berjudul "Pada suatu hari nanti" mengajarkan bahwa kematian akan datang dan sudah pasti, perpisahan itu ada. Tetapi sosok aku tidak ingin membiarkan kamu sendirian, kesepian setelah sosok aku telah tiada. Sosok aku akan selalu menemani sosok kamu meskipun telah tidak ada di dunia  dengan karya dan  sastranya.
Puisi ini juga mengingatkan kita agar menyayangi seseorang selagi masih ada, masih bisa kita lihat sebelum orang itu pergi meninggalkan kita untuk selamanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H