Ketika manusia mulai menyadari keberadaannya di dunia, dia dihadapkan pada berbagai fenomena-fenomena yang tidak dapat dipahaminya. Hal ini memberikan tanda tanya besar dalam diri manusia. Mengapa saya berada di sini? Apa yang menyebabkan ini semua? Siapakah di sekitarku ini? Bagaimana asal usul terjadinya? Adakah yang menciptakannya? Siapakah aku ini? Bagaimana manusia dapat hidup? Siapa yang menciptakan ini semua? Apakah Tuhan Itu Ada ? Siapa Tuhan itu? Pertanyaan-pertanyaan itu terdengar sederhana, namun tidak mudah untuk dijawab.
Sejak lebih dari dua puluh abad silam manusia sudah mulai berfilsafat. Kenyataannya, sampai sekarang masih banyak orang mengira bahwa filsafat adalah sesuatu yang mistis, aneh, sehingga menimbulkan gejala kegilaan. Padahal, melalui filsafat manusia didorong untuk mengaktifkan rasionya (akal) berpikir menyeluruh, mendalam, dan kritis. Karena, pada hakikatnya ingin menjawab segala persoalan yang tidak dapat dipahaminya, maka pembahasan filsafat menjadi tidak terbatas.
Filsafat juga sering disebut sebagai mater scientarum atau induk segala ilmu pengetahuan, karena itu cukup banyak pula orang menganggapnya sebagai ilmu yang paling istimewa, ilmu yang menduduki tempat paling tinggi dari seluruh ilmu pengetahuan yang ada. Sehinnga menimbulkan anggapan yang berkembang kepada pemikiran bahwa filsafat hanya dapat dipahami oleh orang-orang tertentu atau jenius saja. Sekaitan dengan anggapan macam ini, ada banyak mahasiswa yang sengaja menghindari mata kuliah filsafat karena dianggap terlampau pelik.
Sebaliknya ada pula yang berpendapat bahwa filsafat tidak berfaedah untuk dipelajari. Filsafat tak lebih mengantar orang menuju jalan kesesatan dan sekedar lelucon atau "omong kosong". Sebenarnya, filsafat berusaha membahas segala pertanyaan-pertanyaan yang ada di benak manusia.
Beberapa kesalahpahaman dan kekeliruan tersebut justru memberi petunjuk bahwa ada ketidaktahuan terhadap filsafat. Memang benar pengamatan sekilas terhadap keberadaan filsafat dapat menyesatkan. Akan tetapi, apabila benar-benar dipahami secara serius dan mendalam, filsafat akan semakin diminati, semakin menarik, semakin memikat dan memukau.
Pengertian dan Definisi
Secara etimologis, istilah "filsafat" merupakan padanan dalam bahasa Arab "falsafah" atau "philosophy" dalam bahasa Inggris, berasal dari bahasa Yunani philosophia. Kata itu sendiri merupakan kata majemuk yang terdiri dari dua kata, yaitu philein (mencintai) dan sophia (kebijaksanaan). Jadi secara harafiah, filsafat berarti "yang mencintai kebijaksanaan" atau "sahabat pengetahuan".
Oleh karena itu philosophia sebenarnya berarti mencintai kebijaksanaan dan philosophos (filsuf) adalah pencinta kebijaksanaan. Dalam sebuah teks terkenal dari dialog Phaidros Plato memerinci lagi pengertiannya. Mencintai kebijaksanaan katanya harus dipahami sebagai mencari kebijaksanaan, bukan sebagai memiliki kebijaksanaan. Hanya tentang Allah dapat dikatakan Ia memiliki kebijaksanaan. Tentang manusia tidak pantas dikatakan begitu. Lebih cocok bila manusia disebut pencari kebijaksanaan.
Plato memiliki berbagai gagasan tentang filsafat. Antara lain, Plato pernah mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha meraih kebenaran yang asli dan murni. Selain itu, ia juga mengatakan bahwa filsafat adalah penyelidikan tentang sebab-sebab dan asas-asas yang paling akhir dari segala sesuatu yang ada.
Aristoteles (murid Plato) juga memiliki beberapa gagasan mengenai filsafat. Ia mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang senantiasa berupaya mencari prinsip-prinsip dan penyebab-penyebab dari realitas ada. Ia pun mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berupaya mempelajari "peri ada selaku peri ada" (being as being) atau "peri ada sebagaimana adanya" (being as such).
Rene Descartes, filsuf Prancis yang terkenal dengan argumen je pense, donc je suis, atau dalam bahasa Latin cogito ergo sum (aku berpikir maka aku ada), mengatakan bahwa filsafat adalah himpunan dari segala pengetahuan yang pangkal penyelidikannya adalah mengenai Tuhan, alam, dan manusia.