Mohon tunggu...
Apriadi Rama Putra
Apriadi Rama Putra Mohon Tunggu... Lainnya - Lahir di Banda Aceh, 23 April 1998.

Lahir di Banda Aceh, 23 April 1998.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Hardiknas dan Falsafah Pendidikan Ki Hadjar Dewantara

2 Mei 2024   22:14 Diperbarui: 2 Mei 2024   22:32 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang diperingati setiap tanggal 2 Mei merupakan momen penting bagi bangsa Indonesia. Tanggal tersebut bukan sekadar penanda dalam kalender, tetapi menggambarkan warisan dan semangat besar dari seorang tokoh yang amat berjasa dalam pembangunan pendidikan di Indonesia, Ki Hadjar Dewantara. Taman Siswa, yang didirikannya, menjadi landasan bagi perkembangan sistem pendidikan di Indonesia. Namun, apakah kita benar-benar memahami makna di balik perayaan ini?

Ki Hadjar Dewantara bukanlah sekadar seorang pahlawan nasional, tetapi juga seorang pemikir yang mendalam dalam bidang pendidikan. Konsep "Tut Wuri Handayani" yang beliau usung merupakan inti dari falsafah pendidikan yang tidak hanya mengajarkan untuk berprestasi secara individu, tetapi juga untuk berbagi ilmu dan semangat kepada sesama. "Ing madyo mangun karso" tidak sekadar sebagai kata-kata, tetapi juga sebagai prinsip hidup yang harus diimplementasikan dalam segala aspek kehidupan kita, terutama dalam dunia pendidikan.

Namun, pertanyaan yang muncul adalah sejauh mana kita menerapkan falsafah pendidikan Ki Hadjar Dewantara dalam kehidupan sehari-hari? Apakah peringatan Hardiknas hanya menjadi seremonial belaka, tanpa refleksi mendalam akan makna sebenarnya dari pendidikan? Saat ini, mungkin kita melihat bahwa perayaan Hardiknas seringkali hanya sebatas acara seremonial, di mana masyarakat mengenakan baju adat atau batik, tanpa benar-benar memahami esensi dari pendidikan itu sendiri.

Di tengah realitas yang semakin kompleks, di mana biaya pendidikan terus melonjak, dan semakin banyaknya generasi yang apatis terhadap dunia pendidikan, kita perlu mempertanyakan keseriusan kita dalam menerapkan prinsip-prinsip pendidikan yang diwariskan oleh Ki Hadjar Dewantara. Pemerintah, khususnya Dinas Pendidikan, harus memainkan peran yang lebih aktif dalam memajukan dunia pendidikan.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mendorong prestasi di setiap daerah melalui berbagai ajang kompetisi, baik di tingkat lokal, regional, nasional, maupun internasional. Ini bukan hanya sekadar untuk menunjukkan keunggulan, tetapi juga sebagai bentuk nyata dari penerapan prinsip "Tut Wuri Handayani" yang mengajarkan untuk memberi teladan, membimbing, dan mendorong satu sama lain.

Dengan menggelar ajang kompetisi yang berkualitas dan inklusif, setiap individu, tanpa memandang latar belakang ekonomi atau sosialnya, memiliki kesempatan untuk berkembang dan menunjukkan potensinya. Hal ini juga sejalan dengan semangat inklusi dalam pendidikan yang harus dikedepankan, di mana setiap orang memiliki hak yang sama untuk mendapatkan akses dan kesempatan dalam dunia pendidikan.

Selain itu, pemerintah juga perlu lebih berperan dalam mengatasi masalah biaya pendidikan yang terus meningkat. Program beasiswa dan bantuan pendidikan perlu ditingkatkan, sehingga tidak ada satu pun anak bangsa yang terpinggirkan dari akses pendidikan yang layak. Hal ini juga merupakan wujud dari semangat "Ing madyo mangun karso" yang mengajarkan untuk membangkitkan kemauan dan niat dalam menghadapi tantangan.

Namun, tidak hanya pemerintah yang bertanggung jawab dalam memajukan dunia pendidikan. Seluruh elemen masyarakat, termasuk orang tua dan komunitas lokal, juga memiliki peran yang sangat penting dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang kondusif. Kolaborasi antara pemerintah, sekolah, orang tua, dan masyarakat menjadi kunci utama dalam menciptakan sistem pendidikan yang berkualitas dan inklusif.

Dengan demikian, peringatan Hardiknas bukan hanya sekadar seremonial belaka, tetapi juga momentum untuk merenungkan dan merefleksikan kembali komitmen kita dalam mewujudkan cita-cita pendidikan nasional. 

Kita perlu mengambil inspirasi dari perjuangan dan falsafah Ki Hadjar Dewantara, serta mengimplementasikannya dalam setiap langkah dan kebijakan pendidikan yang kita ambil. Hanya dengan demikian, kita dapat memastikan bahwa pendidikan benar-benar menjadi tonggak kemajuan bangsa, yang membuka pintu kesempatan bagi setiap anak bangsa untuk berkembang dan berkontribusi secara maksimal dalam pembangunan bangsa ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun