Sebagaik generasi muda yang peduliu daerah, kami resah dengan regulasi yang kacau dan rusak, membiarkan turis-turis asing yang tujuannya pun tidak jelas dengan alibi berwisata sampai berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan ada yang sampai berbulan lamanya. Tanpa diawasi yang datang silih berganti seakan-akan mereka adalah pribumi putra dan putri asli tanoh alas metuah bumi sepakat segenep.
Coba bangun lagi regulasi mengikuti kota-kota wisata lainnya; seperti Yogyakarta dan Bali. Disana jangankan turis-turis mancanegara, bahkan turis-turis lokalpun diawasi dengan regulasi yang ketat. Baik rasanya untuk pemerintah Aceh Tenggara lebih menyeroti hal ini, terlebih lagi ini berhubungan dengan PAD. Jangan hanya bangun pagi ngurus jembata, Â tidur siang mimpikan rabat beton, dan ngopi malam diskusi tentang perbaiki jalan.
Cobalah sekali-sekali Pemerintah Aceh Tenggara berfikir untuk menciptakan terobosan kebijakan yang partisipatif dengan kelompok pemuda dan masyarakat yang produktif dan visioner. Sehingga Pemerintah Aceh Tenggara tidak seperti hari ini, terkesan ugal-ugalan dalam mengurus potensi daerahnya sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H