Mohon tunggu...
Mina Apratima Nour
Mina Apratima Nour Mohon Tunggu... Jurnalis - :: Pluviophile & Petrichor ::

IG @fragmen.rasa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pernah... dan Masih!

17 Maret 2014   22:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:49 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_315981" align="aligncenter" width="400" caption="(images source: angels-angelology.com)"][/caption]

Di penghujung Januari, rintik hujan menderas, memanggil memori yang bias. Perlahan jelas, seketika semua bertalu-talu, mataku basah. Kau memang pemanggil duka sedari dulu. Atau harus kusebut ini suka? Luka? Cinta? Ah, jangan jangan karena itu kamu iba.
--
Kamu indah. Meski memperjuangkanmu tidak pernah mudah. Begitu hebat pada akhirnya kita berpisah. Tapi kamu yang paling tau. Tentang aku yang menamatkan kita. Tentang kenangan yang menyertainya, apalagi cinta.
--
Berdetak jam, berganti hari. Masih menyenangkan mengingatmu dalam memori. Setelah bertahun, bijak ku memindai. Merekammu lekat lekat dalam kepala. Sampai tangis berubah tawa. Menertawai kebodohan kita, dan seluruh momen yang menyertainya. Bijak ku mengingat, bagian mana darimu, yang membuat aku tegar saat dunia menghujam tepat di jantungku. Hei, bahkan saat jauh pun, kamu masih menguatkanku. Sungguh, adakah dari kita yang berubah? Selain keterpaksaan takdir itu sendiri..
--
Kenapa baru sekarang? Kusadar kamu yang paling sempurna. Tabahmu yang mampu taklukan aku. Saat angkuh menggelora. Kamu pernah berbicara, "itulah kamu," .. tanpa pernah kau sentuh tuk merubahnya. Kamu cintai aku dalam diam. Kamu cintai aku dalam tatapan. Yang tak bersuara, tak berpolah, tapi kau simpan rapat rapat dalam kuncian. Hatimu, kau sertakan. Seberapa indah, kamu pernah mencintai seseorang, seperti kamu cintai aku dulu? Seberapa ku tahan, tak ingin membaginya dengan siapapun, hingga kini.
--
Kenapa baru sekarang? Aku berani mengucap kata. Disana, kamu menerima. Masih sama. Gelak tawa yang kukenal. Kebohongan yang selalu terbaca. Enggan bercerita. Kikuk ketika menyapa cinta. Hahahha.. Kamu! Tak pernah salah radarku membaca. Ringan suara menjadi nada di telinga. Rindu membuncah, seketika tetes airmata. Kamu tau, aku senang kau cari bahagia disana. Dan kamu pun tau, aku berjuang, meski disini cinta sudah habis. Aku berjuang, seakan kamu masih disisi. Aku berjuang, seolah waktu mengijinkan kita bersama lagi.
--
Sekian hari terlewat. Tiap untai doa terbisik pada Tuhan, Malaikat melihat. Sungguh ku yakin kamu sadar.. Kamu rasa.. Bahwa aku pernah, dan masih, menginginkanmu sebegitu dalamnya...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun