Mohon tunggu...
Mina Apratima Nour
Mina Apratima Nour Mohon Tunggu... Jurnalis - :: Pluviophile & Petrichor ::

IG @fragmen.rasa

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kereta Zaman

30 Juli 2020   15:55 Diperbarui: 30 Juli 2020   15:54 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(image: Pinterest/pin)

seumpama adam pun hawa,
kutukan khuldi menghempas kita bersama iblis menuju buana
menguji cinta tanpa pesta pora bak nirwana

laung bergema tentang dosa
dan segala yang terhina
kata-kata sesat dalam terungku sajak
mencari rima tepat tanpa harus tersedak isak

Sapardi bilang yang fana adalah waktu, kita abadi
tapi terka tak menentu dalam temali takdir Ilahi

lindang pengharapan welas asih
pena enggan memadu kasih...

duhai,
di padam bara,
kereta zaman membawa kita,
menuliskan hikayat melebihi qais dan layla

- Jakarta, 25 Juli 2020 -

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun