Mohon tunggu...
Mina Apratima Nour
Mina Apratima Nour Mohon Tunggu... Jurnalis - :: Pluviophile & Petrichor ::

IG @fragmen.rasa

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bilah Raga

28 Juli 2020   22:12 Diperbarui: 28 Juli 2020   22:08 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(image: we heart it)

kata-kata menjadi asing
terdampar di bilik jemala
menjelma lelungit yang kian lantang bersuara
tentang hari
tentang mimpi
tentang carut-marut nyata

puisi-puisi kehilangan ruhnya
menjadi rantai diksi tanpa makna
bingar lindap, dihunjam belati lara
mungkin ia hanya sekedar lelap
sejenak pasrah pada kuas takdir
membiarkan hidup melahap karsa

perbincangan lebih merupa senandika di kepala
bersawala dalam lebam ronyok sukma
peluru kehidupan memberondong tanya
tujuan hidup entah kemana

di bilah raga,
di rumpang atma,
membekas tapak perjuangan sekian warsa...

aruna...
ternyata menerima duka, tak semudah memahami luka


- Jakarta, 09 Juli 2020 -
 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun