Redam memeluk wadak yang tangguh. Sekian swastamita dilihatnya dari sudut kelopak perdu. Berkaca diri dari bayang fatamorgana. Kesunyian telah sampai setelah berkubang di parit kota yang lusuh.
Kemarin, pancarona tak jua menghampiri. Hari yang pucat datang kembali. Memberi secarik sungging dari rona masam nan lusuh. Iring-iringan camar tak membuatnya berseri. Tumpah ruah sambat mengalir. Mempertanyakan tabir di ujung hari.
Dunia bisu. Tuli indera dari serapah bupala. Yang sempat-sempatnya mengais untung dari jelata. Belaka ucap janji semasa geta. Pundi-pundi hanya mengalir kepadanya.
Ia bersimpuh pada bentang kain bentala. Lusuh dan compang-camping tak menghalaunya. Benamkan sujud, menangis sejadi-jadinya. Katanya Tuhan penuh welas asih. Ia sembah dengan bersimbah pedih.
Pada hela nafas yang terakhir, ia sambut mair dengan seucap getir, "Merdekakan hamba dari fakir, Tuhan..."
- Jakarta, 19 Juni 2020 -