Denyar baskara seiring arunika pertama. Menghangatkan atma yang semalam dirudung duka. Beku aksara tak mampu terurai. Mengonggok di pojokoan bayang, menunggu Tuan melongok sejenak. Hampiri meski detak hampir terlewat. Percik doa gesit berlayar. Arungi tujuh lapis tawang. Mungkin penghuni langit bosan, mendengar pinta melulu tentang kau.
Di garda terdepan, Tuan, tegap kau berdiri. Menghempas wabah yang kian mendekat di penjuru negeri. Sehat dan selamat semoga turut menyertai. Kau jaga negeri tanpa pamrih. Meski lelah terbayang jelas di wajahmu. Mencakar rona yang gemar kukecup bertubi-tubi hingga kau berseri.
Malam ini, Tuan. Layangkan netra jauh ke bumantara. Kutitipkan padanya cumbu untukmu yang tak habis dibabat masa. Rindu ini tak punya tepi. Untuk kau yang pergi berhari-hari. Dan selalu kembali lagi.
- Jakarta, 01 April 2020 -
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H