Mohon tunggu...
Mina Apratima Nour
Mina Apratima Nour Mohon Tunggu... Jurnalis - :: Pluviophile & Petrichor ::

IG @fragmen.rasa

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kerlip Manikam

31 Maret 2020   14:41 Diperbarui: 31 Maret 2020   15:12 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(image: Pumpernickel Pixie)

Tuan, rasa tak linear. Ia masih embara di rumpang hati tanpa rua. Membakar bara karsa di rimbun aksara. Maaf, aku ingkar. Yang tak padam tak bisa kupaksa hilang. Kau tetap hidup dalam nafas-nafas imaji. Kusembunyikan pada palung paling dalam. Yang mereka lihat hanyalah karam.

Tak apa-apa kan, Tuan?

Kumakamkan kerlip manikam di nyalang netramu. Mengkristal pada sudut ingatan. Pada jejak kenangan. Pada apa saja yang membuatnya abadi... Karena engkau milik kemarin. Segala yang pernah menjadi amin dalam setiap ingin.

Hei, Tuan... Biarkan dingin membasahi sekujur daksa. Meresap penuh di antara rumpang atma. Kala baskara bersua, engkau menjelma bara...

Semara tak bernama. 

- Jakarta, 10 Januari 2020 -

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun