Mohon tunggu...
Mina Apratima Nour
Mina Apratima Nour Mohon Tunggu... Jurnalis - :: Pluviophile & Petrichor ::

IG @fragmen.rasa

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Rasa...

6 Desember 2019   14:02 Diperbarui: 6 Desember 2019   14:09 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(image: We Heart It)

Tidurlah dalam puisi. Tempat kubaringkan segala resah, semara, pun pilu. Lelaplah disana. Kala arunika, kubangunkan kau melalui seikat embun. Tak banyak. Tapi cukup membasahi ranum bibir yang tak lagi bisa kusentuh. Tak banyak. Tapi cukup menyegarkan atmamu yang keruh.

Kusembunyikan kau dalam rumpang diksi. Tertutup lantunan rima, syahdu ucap penyair kini. Menjelmalah metafora, sesuatu yang hanya milik kita. Ada, hidup setiap saat. Meski harus diam seolah fana. O, Renjana...

Tak ada benci. Tak ada dendam. Kasih menjalar lebih erat dari sebuah pelukan. Rindu lantang lebih keras dari gumam burung hantu malam. Biar damai. Untuk mereka yang bertuhan logika. Untuk mereka yang tak mengerti rasa. Biar abadi. Untuk segala yang tak mampu kita perjuangkan. Untuk segala yang terbunuh, tanpa kita ijinkan.

Renjana...
Sebegitu dahsyat kau ubah aksara. Sebegitu redam, tanpa suara, kau mampu bangkitkan asa.
Meski masa depan adalah sebuah muskil adanya.

Bagi kita...

- Jakarta, 27 November 2019 -

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun