Sukarelawan yang turun langsung ke lapangan tentu saja patut diacungi jempol. Tapi selain mereka, seperti dalam banyak peristiwa besar lainnya, selalu ada saja sekrup2 kecil yang ikut berperan berjalannya proses tanggap darurat. Sekrup2 kecil ini seringkali tak bernama, tak berbendera, tapi perannya tak kalah luar biasa.
Bagi teman2 yang memantau twitter hari2 ini, khususnya terkait bencana Merapi, tentulah tahu ada banyak orang yang menolong melancarkan jalannya potongan2 informasi ke arah yang tepat. Ada yang memberitahukan di posko pengungsi X kekurangan suplai barang ini dan itu. Yang lain menanggapi dengan menyatakan akan mengirimkan si anu menuju ke sana membawa sebagian yang dibutuhkan tadi. Ada yang menyediakan diri terus menerus memantau dan melaporkan aktivitas Merapi dari menit ke menit. Ada pula yang menyediakan diri memberikan tips2 praktis menghadapi bencana. Di sisi lain, ada yang berusaha menggalang dana dan bantuan dari teman2nya. Tak ketinggalan, ada yang dengan sukarela menyumbang pulsa buat mereka, agar arus informasi tak terhenti.
Beragam peta praktis terkait kebencanaan Merapi juga disusun dengan cepat untuk dipublikasikan. Peta radius bencana saja ada beberapa yang mencoba membuat, semuanya tentu bermanfaat. Peta daerah terdampak awan panas dan perkiraan aliran lahar dingin juga ada. Ada yang membuat, ada yang menyebarkan dan meneruskan informasi itu. Semua berperan.
Evakuasi yang mendadak membuat pengungsi lari tanpa bersiap apa2. Sebelum ada himbauan resmi untuk menyediakan nasi bungkus, ada banyak rumah tangga biasa dan juga warung2 sederhana menyediakan diri membuat bungkusan nasi dan lauk untuk pengungsi. Lagi2, ada yang membuat dan ada juga yang membagi dan mengantar sampai di tujuan.
Ketika malam Jumat amukan Merapi mendadak menjadi parah, mobil pengungsi dari arah utara berduyun turun. Di tepi jalan, ada orang yang menyediakan diri menyiramkan air ke jalan dan ke mobil pengungsi untuk membantu menghilangkan abu dari kaca mobil. Tidak ada yang menyuruh, tidak ada yang meminta, dan terlebih lagi, tidak ada yang membayar mereka untuk melakukan itu. Semua dilakukan begitu saja.
Dari sekian banyak orang yang terlibat dalam proses tanggap bencana itu, saya yakin banyak di antaranya yang tidak saling kenal, tapi mereka bersedia bekerja sama. Instruksi Gubernur, “Bendera selain Merah Putih harap diturunkan.” melengkapi semua ini.
Indonesia yang kompak dan perkasa: itulah kesan yang saya lihat dalam hari2 berlangsungnya bencana letusan Merapi. Bukan Indonesia yang loyo tak berdaya, yang terpecah2 atas identitas kelompok dan golongan. Terkadang, bencana memang perlu untuk mengingatkan kita, bahwa sesungguhnya kita adalah bangsa yang kompak dan perkasa.
Salam hormat saya untuk semua rekan, yang menyediakan diri tanpa merasa perlu menempelkan label identitas diri. Anda semua adalah pahlawan kami.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H