Saya contohkan begini : chef di sebuah hotel dengan reputasi internasional bekerja secara profesional dalam penyediaan makanan di hotel tersebut.Â
Di sarana pelayanan kesehatan juga ada "chef" yang berkolaborasi secara keilmuan dalam berbagai disiplin ilmu kesehatan (dokter, perawat, farmasis) memformulasikan sebuah makanan yang selain enak juga harus memenuhi syarat kompatibel dengan kebutuhan gizi sesuai dengan diagnosa yang dia dapatkan.Â
Dia disebut sebagai nutrisionis. Nutrisionis sendiri merupakan sebuah profesi dalam bidang kesehatan yang bertanggung jawab terhadap kebutuhan gizi pasien.
Penggunaan genset di sebuah perhotelan lebih cenderung pada kenyamanan pengunjung saat terjadinya pemadaman listrik atau permasalahan lain yang berpotensi mengganggu operasional sebuah hotel.Â
Di puskesmas, genset berfungsi selain pada aspek kenyamanan, juga keselamatan pasien secara menyeluruh misalnya pengamanan vaksin. Yang kita tahu ketika terjadi pemadaman listrik mengakibatkan suhu penyimpanan vaksin berubah, hal ini beresiko merusak vaksin dan efeknya adalah vaksinasi atau imunisasi menjadi useless.
Di era revolusi industri seperti sekarang ini masyarakat sebagai sasaran program maupun sebagai pasien mempunyai banyak pilihan terhadap segala hal yang diinginkannya terkait sarana pelayanan kesehatan :
Pertama, kemudahan akses informasi.
Informasi terbuka seluas-luasnya, termasuk informasi kesehatan. Keterbukaan informasi ini pada dasarnya merupakan dua sisi mata pisau bagi sarana pelayanan kesehatan.Â
Di satu sisi masyarakat dianggap belum cukup mampu untuk memfilter informasi kesehatan secara benar, mana yang benar dan mana yang hoax. Kita tentu pernah membaca berita tentang berita hoax cara penggunaan masker yang dibalik? Bahkan bukan hanya dalam bidang kesehatan.Â
Dari berbagai aspek kehidupan bermasyarakat, filter atas dampak keterbukaan dan kebebasan informasi ini juga menjadi masalah dalam masyarakat, khususnya terkait penyebaran berita hoax. Sisi positif dari era keterbukaan informasi ini dapat dijadikan celah yang baik untuk media promosi kesehatan.
Kedua, kompetisi antar sarana pelayanan kesehatan lebih terbuka.