Mohon tunggu...
Apolonius Lase
Apolonius Lase Mohon Tunggu... Editor - Praktisi Media, Penyelaras Bahasa Kompas, Penulis Biografi

Bertugas sebagai penyelaras bahasa (Indonesia) di Harian Kompas. Lahir di Pulau Nias. Senang menulis untuk KOMPASIANA, terkait apa pun yang ingin ditulis.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Pasca-Pilkada 2024, Megawati dan Jokowi Sebaiknya Rujuklah!

28 November 2024   09:00 Diperbarui: 28 November 2024   09:01 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam pilkada serentak 2024, menurut sejumlah para pengamat politik, adalah sebuah kontestasi yang mempertontonkan kekuatan Banteng, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), dan mantan kader partai itu, Joko Widodo--Presiden ke-7 RI--yang kini menetap di Solo.

Semua orang tahu bahwa hubungan antara Ketua Umum PDI-P dan Jokowi merenggang sejak Pemilihan Presiden 2024. Dalam proses menuju Pilpres 2024 tersebut kedua tokoh ini tidak cocok lagi. Publik pun memberi penilaian bahwa keduanya sedang tidak cocok. Apalagi di berbagai kesempatan, Megawati secara terang-terangan menyentil bahwa Jokowi itu adalah petugas partai, tanpa PDI-P Jokowi tak ada apa-apanya. Itu disampaikan saat HUT Ke-50 PDI-P, di Jiexpo Kemayoran Jakarta, Selasa, 10 Januari 2023 .  

Dalam video yang cukup viral itu, Megawati menyampaikan, "Pak Jokowi itu yo ngono lho, mentang-mentang, ya iya, padahal Jokowi kalau enggak ada PDI-P juga, aduh kasihan, dah". Ungkapan itu disambut sorak-sorai tepuk tangan hadirin. Kamera pun diarahkan ke Jokowi, yang saat itu masih menjabat sebagai Presiden. 

Berbagai kalangan pun buka suara. Seharusnya, tidak eloklah Megawati mempermalukan atau merisak Jokowi di depan publik seperti itu. Apalagi seorang Presiden disoraki di depan umum, itu sangat menyakitkan.

Ingatan Publik

Jokowi pun saat itu hanya bereaksi dengan senyum meskipun dengan muka agak memerah. Siapa pun, tanpa pandang bulu, dalam kondisi seperti itu seseorang yang dirisak akan terganggu, baik pikiran maupun psikisnya. Jokowi tidak bereaksi setelah itu. Bagaimanapun dia juga menghargai bahwa yang sedang berbicara adalah ketua partainya.

Di kesempatan itu, tidak dimungkiri, kemungkinan ada hadirin juga yang tidak nyaman dengan ucapan spontan dari Megawati tersebut. Apa boleh buat. Ibarat nasi telah jadi bubur. Semua sudah berlangsung. Peristiwa itu pun tersimpan di alam digital dan mengendap di ingatan publik. Peristiwa demi peristiwa pun disaksikan publik terkait ketidakharmonisan antara Megawati dan Jokowi.

Namanya publik, terutama mereka yang tidak setuju seorang Presiden mereka diperlakukan seperti itu, tidak mungkin langsung bisa memprotes kepada Megawati. Mereka punya jalan sendiri. Saat Pilpres, publik lebih memihak pada pilihan Jokowi yang mendukung Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

PDI-P pun terpuruk. Calon yang diusung, Ganjar Pranowo-Mahfud MD, kalah. Meskipun di lembaga Legislatif partai berlambang banteng moncong putih itu masih berjaya.

Kemudian, publik pun menjadi saksi sekaligus bertindak sebagai pengadil tanpa palu, pada Pilkada 2024, yang diselenggarakan pada Rabu, 27 November 2024,  kontestan yang preferensi dukungannya pada Jokowi berhasil menjadi pemenang. Dari sejumlah gelaran hitung cepat di lembaga riset, kontestan yang didukung Jokowi pun menang.

Publik pun menghubung-hubungkan dengan ucapan Megawati bahwa benarkah "Jokowi tanpa PDI-P, aduh kasihan dah". 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun