Mohon tunggu...
apit insasi
apit insasi Mohon Tunggu... -

saat ini sedang kuliah di Universitas Negeri Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pesta Rakyat Atau Pesta Elit?

6 April 2014   14:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:00 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

PEMILU sebagai wujud dari negara yang demokrasi, Pemilu merupakan ajang untuk memilih para wakil rakyat yakni anggota DPR dan DPD. Selain itu, Pemilu juga merupakan sarana untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden. Pemilu disebut-sebut sebagai sebuah pesta rakyat. Disebut demikian mungkin karena saat adanya Pemilu itu menandakan penghargaan pada suara rakyat, dimana seluruh rakyat dibebaskan untuk menentukan para pemimpin yang mereka harapkan. Selain itu, dikatakan “pesta” rakyat karena pada saat sebelum maupun saat pelaksanaannya seluruh rakyat ikut berperan aktif didalamnya.

Namun, dalam perkembangannya saat ini Pemilu tak lagi dirasakan sebagai sebuah “pesta” rakyat. Seperti kita ketahui bersama, bahwa setiap tahunnya angka Golput selalu meningkat. Hal tersebut menandakan jika saat ini rakyat sebagai pemilih menjadi pasif. Tak hanya sekedar pasif, bahkan saat ini banyak diantaranya yang mengacuhkan. Hal tersebut sangat bertolak belakang dengan ungkapan bahwa Pemilu merupakan sebuah pesta rakyat.

Jika diamati lebih dalam, Pemilu seakan-akan adalah sebuah pesta dari para elit politik. Pemilu menarik mereka dalam perebutan kekuasaan, para elit politik tak segan-segan untuk mengucurkan materi demi sebuah kekuasaan. Marak sekali berita yang ditayangkan di televisi tentang kampanye yang dilakukan oleh para parpol peserta Pemilu. Cara berkampanye mereka sangat beragam, dari mengadakan panggung dangdut, berkonvoi, memasang banner dimana-mana, dan lainnya. Dilihat dari segi ekonomi, pastilah tak sedikit materi yang harus dikucurkan, entah dari mana dana tersebut bersumber dan bagaimana kelak untuk mendapatkan gantinya.

Pemilu tak lagi sebagai pesta rakyat, bukan saja karena rakyat menjadi pasif. Tetapi adanya Pemilu dijadikan untuk para elit menaburkan uang untuk mendapat kekuasaan. Setelah kekuasaan di dapat, tak sedikit dari mereka lali dengan tugasnya. Kelalaian tersebut menandakan rakyat sebagai boneka politik untuk merebut kekuasaan bukan sebagai aktor di dalamnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun