Milennium Development Goals (MDGs) atau Tujuan Pembangunan Milenium ialah sebuah target pembangunan global yang dideklarasikan Konferensi Tingkat Tinggi Milenium oleh 189 negara anggota Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) di New York pada bulan September 2000. Semua negara yang berpartisipasi dalam deklarasi ini berkomitmen untuk mengembangkan MDGs sebagai sebuah paket arah pembangunan global yang berisi beberapa tujuan yang mencakup kesehatan, pendidikan, keamanan, perdamaian, dan kebebasan hak asasi manusia. MDGs itu sendiri merupakan hasil kerjasama negara-negara berkembang dan maju. Negara-negara berkembang seperti Indonesia berkewajiban melaksanakannya. Sementara negara-negara maju berkewajiban mendukung dan membantu negara berkembang dalam upaya mencapai tujuan MDGs tersebut. MDGs sudah berjalan cukup baik di Indonesia. Indonesia memiliki target optimal pencapaian MDGs di tahun 2015. Salah satu bidang yang sangat diutamakan Indonesia ialah kesehatan terutama masalah gizi dan kesehatan ibu-anak. Fokus pemerintah untuk memenuhi target MDGs dalam bidang ini ialah dengan menekan angka kematian ibu dan anak (AKI). Namun, melihat dari kondisi yang masih terjadi di Indonesia, khususnya daerah-daerah yang kurang mendapat pelayanan kesehatan yang baik, beberapa kebijakan dan upaya yang dibuat oleh pemerintah dirasa belum cukup maksimal dijalankan.
Dalam mencapai target MDGs di bidang kesehatan ini, pemerintah tampaknya menemui tantangan yang cukup besar, terutama dari segi penurunan AKI. Berdasarkan survei kedokteran pada 2012 angka kematian ibu masih di atas 200 setiap 100 ribu kelahiran. Sedangkan kematian anak diatas 34 per 100 ribu kelahiran. Padahal, berdasarkan capaian target MDGs, pada 2015 angka kematian ibu maksimal 102 per 100 ribu kelahiran, dan angka kematian bayi 32 per 100 ribu kelahiran. Data ini menunjukkan bahwa Indonesia masih harus berpikir lebih keras dan mencari inovasi cara yang lebih efektif untuk mencapai target optimal MDGs di tahun 2015. Angka kematian yang tinggi ini dikarenakan banyak keluarga di Indonesia terutama di daerah tertinggal yang tidak memiliki wawasan cukup mengenai pentingnya asupan gizi saat hamil. Selain kurangnya wawasan, kondisi ekonomi juga menjadi faktor kurangnya gizi ibu hamil dan balita. Minimnya penghasilan keluarga memaksa mereka memakan makanan yang ada tanpa memikirkan gizi yang tercakup. Sarana pelayanan kesehatan yang kurang memadai bagi ibu hamil dan balita juga menjadi faktor lain penyebab tingginya angka kematian ibu dan anak di Indonesia. Beberapa kebijakan pemerintah khususnya Kemenkes RI yang masih perlu dievaluasi antara lain, kebijakan pencapaian MDG-1 tentang menurunkan prevelensi balita dengan berat badan rendah/kekurangan gizi,diantaranya melalui pemenuhan makanan yang aman dan bergizi cukup, MDG-4 tentang konsolidasi program vaksinasi, termasuk sumber daya untuk pelaksanaan program (vaksin dan perangkatnya, operasional dan perawatan, SDM), dan MDG-5 yang diantaranya peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas. Kebijakan-kebijakan ini direalisasikan dalam bentuk beberapa program khusus seperti pelaksanaan jaminan persalinan, penambahan dan penguatan bidan di desa, program safe motherhood yaitu program yang memprioritaskan penanganan dan pemberian fasilitas layanan kesehatan prima pada ibu dan anak termasuk pada saat kehamilan dan persalinan hingga seribu hari setelah melahirkan. Sebenarnya, kebijakan dan program yang dibuat Kemenkes RI sudah tepat dan sesuai dengan masalah yang ada. Namun, masalah yang ditemui ialah bagaimana cara yang efektif untuk mewujudkan kebijakan dan program tersebut menjadi kerja nyata yang dapat dilihat hasilnya.
Program-program ini tidak akan ada hasilnya jika hanya beberapa elemen yang bekerja. Diperlukan kerja sama dan saling membantu antara pemerintah dan masyarakat. Pemerintah melalui program-programnya bertugas memfasilitasi, sedangkan masyarakat berkewajiban menjalankan dan memelihara fasilitas yang sudah disediakan. Tidak sedikit masyarakat yang malah tidak perduli dengan apa yang sudah diusahakan pemerintah. Ini terjadi karena kurangnya informasi yang dimiliki masyarakat. Mereka berpikir ini akan hanya menjadi sia-sia. Hal yang bisa dilakukan pemerintah untuk mengajak masyarakat agar mau berpartisipasi dalam usaha mencapai target MDGs ialah dengan merekrut komunitas yang peduli terhadap kesehatan masyarakat dan memiliki wawasan memadai mengenai ilmu kesehatan untuk ikut membantu mensosialisasikan program yang dijalankan pemerintah. Seperti mahasiswa, ibu-ibu PKK, remaja taruna, dan para aktivis di lembaga yang fokus memperhatikan masalah kesehatan memilik potensi besar menyukseskan sosialisasi program pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik, Tanpa Tahun, MDGs Millennium Development Goals, [online], http://mdgs-dev.bps.go.id/ (diakses tanggal 6 Agustus 2013)
Bunga, Soraya. 2013, Pemerintah Fokus Penuhi Target MDGs dengan Menekan AKI, [online], http://www.metrotvnews.com/metronews/read/2013/07/31/6/172295/Pemerintah-Fokus-Penuhi-Target-MDGs-dengan-Menekan-AKI, (diakses tanggal 7Agustus 2013)
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2013,Kebijakan Kementerian Kesehatan dalam Mencapai MGDs, [online], http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/2240-kebijakan-kementerian-kesehatan-dalam-mencapai-mgds.html (diakses tanggal 7 Agustus 2013)
Esensi Penugasan
Banyak nilai yang bisa diambil dari penugasan esai ini. Dengan tema yang mengangkat masalah kesehatan, esai ini melatih kami sebagai mahasiswa untuk lebih peka terhadap masalah atau topik yang muncul terutama di bidang kesehatan. Untuk menyelesaikan esai ini, kami harus benar-benar memahami informasi dan masalah yang muncul dari topik yang kami pilih. Sebagai mahasiswa, kami dilatih untuk selektif dalam memilih sumber refrensi, sehingga informasi yang nantinya kami olah benar-benar relevan. Esai ini juga melatih kami untuk berpikir lebih kritis dalam menanggapi sesuatu hal. Selain itu, esai ini juga menjadi sarana kami untuk lebih berani mengungkapkan pendapat dan solusi tentunya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H