Mohon tunggu...
Hafiz Faturrahman
Hafiz Faturrahman Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa Agribisnis

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Kereta Ekonomi, Wajah Sebenarnya Penduduk Jakarta???

18 Mei 2012   08:29 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:08 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_188976" align="aligncenter" width="620" caption="Ilustrasi/Admin (Kompas.com)"][/caption]

Jakarta merupakan daerah yang sering disebut sebagai kota metropolitan. Pusat informasi aktual mungkin bisa ditempatkan di daerah khusus ini. Tapi pernahkah kita berpikir tentang masyarakat di dalamnya? Saya yakin sekali kita semua pernah memikirkannya. Sebagai “kota sibuk”, tidak heran bermacam moda transportasi terdapat di Jakarta, salah satunya kereta rel listrik (KRL).

Saat ini, KRL yang terdapat di Jakarta terbagi menjadi dua, yaitu KRL ekonomi dan KRL ekonomi AC atau biasa disebut commuter line (CL). Perbedaan dari kedua kategori ini jelas terdapat pada fasilitasnya. KRL ekonomi tidak memberikan pendingin ruangan di dalam rangkaian kereta, sedangkan KRL CL sebaliknya. KRL CL juga tampak bersih dengan tidak adanya para pedagang didalamnya, tidak seperti yang sering terlihat jika Anda mengunakan KRL ekonomi. Dengan segala keuntungan yang didapat dalam kategori CL, sudah menjadi sangat wajar jika harga tiket KRL CL lebih tinggi dari KRL ekonomi. Untuk perjalanan jauh atau dalam arti dari ujung sampai ujung, KRL CL mematok tarif sebesar 7000 rupiah, berbeda halnya dengan tiket KRL ekonomi yang hanya sebesar 2000 rupiah. Kemiringan harga tiket KRL ekonomi itu terjadi karena pemerintah menyubsidinya. Oleh karena itu, PT KAI memberikan aturan bahwa KRL ekonomi hanya untuk kalangan tidak mampu.

Sebagai seorang mahasiswa yang berkuliah di Bogor, saya memanfaatkan jasa angkutan KRL untuk dapat sampai di kampus. Tidak dengan maksud menyombongkan diri, saya membiasakan diri saya untuk selalu memakai KRL CL karena saya merasa diri saya mampu untuk membeli tiket KRL tersebut. Namun terkadang, jadwal yang sangat mendesak akhirnya mengharuskan saya membeli tiket KRL ekonomi.

Melihat keadaan didalamnya, saya langsung berkata dalam hati, “WOW!”. Bermacam-macam bentuk penampilan ditampilkan masing-masing penumpang. Dari seorang laki-laki berkemeja kantoran sampai kaos berlubang seorang pengemis. Sangat mencengangkan bagi saya. Bagaimana tidak, alat transportasi tersebut seakan seperti kota dengan penduduknya. Kalangan atas sampai paling bawah sekali ada disana. Entah karena alasan yang sama seperti saya atau sedang berhemat, karyawan kantoran yang saya rasa bisa membeli tiket KRL CL dengan asiknya menaikkan kakinya ke KRL yang sejatinya bukan untuk dirinya. Ya, memang itu pilihan setiap orang. Tapi apakah kita harus selalu tidak mengindahkan peraturan yang ada. TIDAK, bukan!

Di sepanjang perjalanan saya memperhatikan setiap orang yang ada dalam gerbong kereta yang saya tumpangi. Ada yang kepanasan, ada pula yang jengkel melihat penjual yang selalu lewat dengan teriakan menjajakan barang dagangannya. Tak ketinggalan, para pengemis yang tiada hentinya menadahkan tangannya meminta belas kasihan penumpang. Sekali saya berpikir, “apakah saya benar-benar sedang berada di dalam alat transportasi?” Hingga akhirnya saya pasrah dengan keadaan yang ada.

Disini saya bukanlah untuk menyindir karyawan kantoran atau siapapun yang mampu tapi senang dengan KRL ekonomi. Tapi, tidakkah kalian malu dengan jabatan, pakaian, ataupun kekayaan yang kalian miliki. Terakhir, akhirnya saya bertanya, “Apakah penumpang KRL ekonomi merupakan gambaran besar penduduk Jakarta? Apakah kemiskinan moral maupun materi itu sama dengan penduduk Jakarta sebenarnya?” Saya harap TIDAK!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun