Ketika Ani mendengar kabar dari dokter bahwa putranya, Rian, menderita kanker otak stadium akhir, ia merasa dunia ini runtuh baginya. Rian adalah segalanya baginya, dan kehilangan anak satu-satunya adalah duka yang tak terbayangkan.Namun, Ani tidak putus asa. Ia terus memohon pada Tuhan agar diberikan kekuatan dan kesabaran dalam menghadapi ujian ini. Ani juga berusaha menjalani hari-harinya dengan keikhlasan dan tetap mengoptimalkan waktu yang ada untuk merawat putranya.
Saat menjenguk Rian di rumah sakit, Ani bertemu dengan seorang ibu yang anaknya juga sedang dirawat di sana. Mereka berbincang-bincang dan Ani mendengar kisah sedih tentang anak perempuannya yang mengalami kecelakaan parah.
Setelah berbincang-bincang dengan ibu tersebut, Ani merasa terbuka pikirannya. Dia menyadari bahwa meskipun ada kesedihan yang sangat besar dalam hidupnya, dia harus tetap bersyukur dan memandang kebaikan di dalam keprihatinannya.
Ani mulai berusaha melihat kebaikan di dalam segala sesuatu. Dia merasa bersyukur bahwa Rian masih bisa bertahan hidup sampai saat ini dan bahwa mereka masih bisa menghabiskan waktu bersama. Dia juga mulai melihat keindahan dalam hal-hal kecil, seperti bunga di taman rumah sakit atau senyum dari perawat.
Ani juga mulai menemukan kekuatan dan penghiburan dalam berdoa dan beribadah. Dia merasa semakin dekat dengan Tuhan dan merasa bahwa Dia selalu memberikan kekuatan dalam setiap kesulitan.
Meskipun Rian akhirnya meninggal, Ani tetap merasa bersyukur atas kebaikan yang diberikan Tuhan. Dia tahu bahwa Rian kini berada dalam tempat yang lebih baik dan tidak lagi menderita.
Ani juga menyadari bahwa keprihatinannya telah membuka hatinya pada keindahan dan kebaikan di sekitarnya, serta membuatnya semakin dekat dengan Tuhan. Dan itulah kebaikan dalam keprihatinan.
Ani memutuskan untuk mengalihkan kepedulian dan perhatiannya pada anak-anak di rumah sakit yang masih membutuhkan perawatan dan penghiburan. Dia mulai mengunjungi anak-anak yang sedang menjalani pengobatan dan berbicara dengan mereka. Ani memberikan senyum dan kehangatan kepada mereka yang sangat membutuhkan.
Banyak dari anak-anak tersebut merasa bahagia ketika Ani datang dan membawa mereka mainan atau cokelat. Ani merasa terharu melihat senyum kecil di wajah mereka, dan dia merasa bahagia karena bisa membuat mereka merasa sedikit lebih baik.
Dalam perjalanan pulang dari rumah sakit, Ani sering berdoa untuk anak-anak yang telah ia temui, berharap mereka segera sembuh dan pulang ke rumah mereka dengan sehat. Dia merasa bahwa ia harus menggunakan kepeduliannya pada anak-anak tersebut sebagai sarana untuk membantu orang lain, sebagai wujud syukur dan rasa cinta kasihnya pada sesama.
Seiring waktu, Ani mulai melihat bahwa bahkan dalam situasi yang sulit seperti ini, ia masih bisa menemukan kebahagiaan dan kebaikan dalam hidupnya. Ia mulai melihat bahwa Tuhan memberikan berkat dalam banyak bentuk, dan bahwa itu terkadang datang melalui kesedihan dan keprihatinan.