Mohon tunggu...
Apip Udin
Apip Udin Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

hobi saat ini masih travelling

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Pengaruh Lingkungan pada Perilaku Anak: Ketika Kata-Kata Kotor Menjadi Kebiasaan

4 Desember 2024   16:18 Diperbarui: 4 Desember 2024   16:19 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

PENDAHULUAN

Berbicara adalah salah satu keterampilan komunikasi yang mendasar dalam perkembangan anak, terutama pada usia dini. Pada tahap ini, anak mulai mengeksplorasi bahasa melalui mendengarkan, mengingat, dan meniru perilaku serta kata-kata yang mereka dengar dari lingkungan sekitar. Namun, dengan meningkatnya paparan terhadap berbagai sumber, termasuk media sosial dan internet, anak-anak juga dapat terpapar pada penggunaan kata-kata kasar informasi yang tidak pantas.

Penelitian ini fokus pada pemahaman anak usia dini mengenai berbicara kasar, dengan tujuan untuk mengidentifikasi bagaimana mereka mengenali dan bereaksi terhadap kata-kata tersebut. Selain itu, penelitian ini juga mengeksplorasi peran pendidikan dalam membentuk karakter dan perilaku baik anak, serta upaya yang dilakukan oleh sekolah dan guru dalam mengajarkan penggunaan bahasa yang santun. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan metode studi kasus, diharapkan penelitian ini dapat memberikan wawasan mendalam mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman anak terhadap bahasa yang baik dan buruk.

Realitas sosial yang dihadapi anak-anak usia dini saat ini sangat kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Pertama, lingkungan keluarga menjadi salah satu sumber utama dalam pembentukan pola komunikasi anak. Banyak anak yang mendengar kata-kata kasar dari orang tua atau anggota keluarga lainnya, yang dapat menormalisasi penggunaan bahasa tersebut dalam interaksi sehari-hari. Hal ini sering kali terjadi tanpa disadari, di mana orang dewasa tidak menyadari dampak dari bahasa yang mereka gunakan terhadap perkembangan bahasa anak.

Kedua, interaksi dengan teman sebaya di sekolah juga memberikan kontribusi besar terhadap cara anak berkomunikasi. Di lingkungan sekolah, anak-anak sering kali meniru perilaku dan bahasa yang digunakan oleh teman-teman mereka. Jika mereka terpapar pada penggunaan bahasa kasar, ada kemungkinan besar mereka akan mengadopsi kata-kata tersebut sebagai bagian dari cara mereka berkomunikasi. Fenomena ini menunjukkan bahwa anak-anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial mereka, baik di rumah maupun di sekolah.

Ketiga, media, termasuk televisi dan internet, juga memainkan peran penting dalam membentuk pemahaman anak tentang bahasa. Anak-anak saat ini memiliki akses yang lebih besar terhadap konten digital, yang sering kali mengandung bahasa yang tidak pantas. Paparan terhadap konten semacam ini dapat memperkuat penggunaan bahasa kasar di kalangan anak-anak, sehingga penting bagi orang tua dan pendidik untuk memberikan bimbingan dan pengawasan yang tepat.

Dalam konteks pendidikan, sekolah seperti TK Permata Hati Aisyiyah berusaha menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan bahasa yang baik. Pendidik di sekolah ini berperan sebagai role model, memberikan contoh penggunaan bahasa yang santun dan memberikan nasehat kepada anak-anak ketika mereka menggunakan kata-kata yang tidak pantas. Namun, tantangan tetap ada, terutama ketika lingkungan di luar sekolah tidak mendukung nilai-nilai yang diajarkan di kelas. Oleh karena itu, kolaborasi antara keluarga dan sekolah sangat penting untuk membentuk karakter dan perilaku yang baik anak, serta mencegah penggunaan bahasa kasar dalam komunikasi sehari-hari.

Dalam konteks pembentukan karakter anak, beberapa teori yang relevan dapat dihubungkan dengan ajaran Al-Quran. Salah satunya adalah teori pembelajaran sosial oleh Albert Bandura, yang menekankan pentingnya observasi dan peniruan perilaku orang lain. Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam QS. Ali Imran : 104, yang menyaksikan umat untuk menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran, menunjukkan bahwa lingkungan yang baik sangat berpengaruh terhadap karakter anak. Selain itu, tanggung jawab orang tua dalam mendidik anak diungkapkan dalam QS. At-Tahrim : 6, yang menekankan pentingnya menjaga keluarga dari keburukan dengan memberikan teladan yang baik. Nilai-nilai moral dan etika juga ditekankan dalam QS. An-Nisa: 58, yang mengajarkan keadilan dan amanah, serta hadis yang menyatakan pentingnya mengajarkan shalat kepada anak. Terakhir, QS. Al-Qalam: 4 menegaskan bahwa akhlak yang baik adalah teladan yang harus diikuti, sehingga orang tua perlu menanamkan akhlak mulia dalam diri anak. Dengan mengintegrasikan ajaran Al-Quran ke dalam karakter pendidikan, orang tua dapat membentuk anak yang memiliki akhlak yang baik dan bertanggung jawab.

Berikut adalah beberapa solusi aplikatif yang lebih banyak dan relevan untuk pembentukan karakter anak:

a.Metode Bermain Peran : Melalui bermain peran, anak dapat berlatih situasi sosial yang berbeda, seperti menyelesaikan konflik atau membantu teman. Ini membantu mereka memahami empati dan tanggung jawab.

b.Kegiatan Diskusi Kelompok : Mengadakan diskusi kelompok di mana anak-anak dapat berbagi pandangan dan pengalaman mereka tentang nilai-nilai moral. Ini mendorong komunikasi dan pemahaman antar teman sebaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun