Mohon tunggu...
Andi Pasenringi
Andi Pasenringi Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Apa adanya

Juru wabah

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cinta sekuntum merah

7 Agustus 2011   18:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:00 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kapan hari aku akan datang lagi meretas jalan-jalan yg pernah dilalui meliuk di punggung bukit berendam disedangkalan pantai bermain pasir dicumbui cumi-cumi Adalah bait-bait ini segepok cerita iri hati karena nasib bercerita lain tentang cinta sekuntum merah yang layu dan mati Sesudahnya hanya hari-hari menanti biduk didayung berganti lelaki tua dan anak kecil melawan arus tak kuat apalagi menerjang ombak tinggi Dari tepian aku dapat melihat gagang dayung silih berganti tapi sampan tak sampai-sampai lalu,....jeritan orang sekampung berlari gemuruh dikejar tsunami biduk itu lenyap, hilang, pecah sebentuk papan kecilpun tak ada, sirna........... kapan hari aku akan datang lagi mencari kepingan entah dimana.... kurajut jadi cerita,. bukan tentang biduk,atau anak kecil, atau lelaki tua,atau ombak tinggi dan arus kencang atau tsunami tapi tentang..."Cinta sekuntum merah" ....

Gg Beringin, Kota depok...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun