Kapan hari aku akan datang lagi meretas jalan-jalan yg pernah dilalui meliuk di punggung bukit berendam disedangkalan pantai bermain pasir dicumbui cumi-cumi Adalah bait-bait ini segepok cerita iri hati karena nasib bercerita lain tentang cinta sekuntum merah yang layu dan mati Sesudahnya hanya hari-hari menanti biduk didayung berganti lelaki tua dan anak kecil melawan arus tak kuat apalagi menerjang ombak tinggi Dari tepian aku dapat melihat gagang dayung silih berganti tapi sampan tak sampai-sampai lalu,....jeritan orang sekampung berlari gemuruh dikejar tsunami biduk itu lenyap, hilang, pecah sebentuk papan kecilpun tak ada, sirna........... kapan hari aku akan datang lagi mencari kepingan entah dimana.... kurajut jadi cerita,. bukan tentang biduk,atau anak kecil, atau lelaki tua,atau ombak tinggi dan arus kencang atau tsunami tapi tentang..."Cinta sekuntum merah" ....
Gg Beringin, Kota depok...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!