Mohon tunggu...
Andi Pasenringi
Andi Pasenringi Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Apa adanya

Juru wabah

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Senandung hati

30 Juni 2011   21:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:02 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dian memendarkan redup dibulan mati

Tak ada bintang, kunang2 punah

senandung kidung sendu lapat2 seperti bukan nyanyian

Penanda asa tinggal sehelai tipis

bumi dipijak tak kuat  menahan beban

maka tanah lebih pantas segera

himpit tubuh tak berguna

agar terbebas dari amanah yg terutang

hanya mati segera, caranya

bagaimanakah menjalani kematian terhormat???

Padahal aku bukan ksatria yg memilih mati demi kehormatan

Atau para paderi apalagi nabi,..aku pengecut,…

Adakah yang masih terhormat bagi si pecundang???

Yang Jiwa kerontangnya mencibir jasad sendiri

menjauhi  tugas insani

Padahal jiwa lemah dalam jasad kuat berdiri

Hanyalah bangkai berjalan tak bernilai

Masih kumenunggu pagi setahun akhirat

Karena pagi tak diharap………………

Maka kesendirian dalam sunyi dinihari ini

mengantar kontemplasi di sujud fajri

adalah kepasrahan Menanti

tuntunan illahi rabbi

bulir air mata ini adalah jeritan hati

kerinduan pada bimbinganMu yg di arasy

maka yaa rabb matikan aku dalam jihad sesegera mungkin

agar jazadku dikafani

atau buatlah dian yang kau simpan dilapis ketujuh hati

bercahaya kembali,….

nurMu ya Tuhan meredup kini

ku tak dapat membuatnya terang lagi

hanya tanganMulah yg bisa benderangkan cahaya yg kau titip

maka bila hidup ini masih kau pinjamkan,…lagi

jadikan aku raflesia yg indah meski bau bangkai

atau mawar harum biarlah berduri

atau bunga liar trotoar yg setia merekah dipagi hari

disirami kencing anjing liar yg tak diurusi

bukan edelwais penuh pesona, menyendiri di bukit tinggi

karena aku mau punya arti

bukan hanya bagi para pendaki

tapi juga pembersih jalan dan pengemis

jadikan kedunguanku membuatku mengerti

salah saudaru membuatku empati

kesombonganku jadi rendah hati

dosa2ku penuntun taubat hakiki

taburi duri didepanku agar aku berhati2

buat jalanku menanjak agar aku kuat berlari

Maka,….aku ingin segera malam berakhir

dan menyalami matahari…

bersama kesibukan pagi hari,…………………………..

gang senggol kota depok,….Catatan, perjalanan mi’raj ……………

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun