Akhir-akhir ini sedang hangat-hangatnya di perbincangkan masalah studi banding Anggota DPR ke beberapa Negara. Macam-macam tujuannya, ada yang belajar kode etik ke Yunani, belajar kepramukaan ke Afrika Selatan sampe belajar system OJK (Otoritas Jasa Keuangan) ke beberapa Negara di Eropa dan Asia, gak tau deh saya makanan apa OJK ini?? Di mata saya yang kurang paham tentang ekonomi, politik dan pemerintahan ini, yang menjadi masalah adalah bukan tentang studi bandingnya, tapi tentang siapa yang berangkat dan betapa besarnya dana yang digunakan untuk studi banding itu. Terasa sedikit aneh saja, studi banding sampe menghabiskan dana miliaran rupiah dengan peserta studi banding yang terlalu ramai sampai berbondong-bondong pergi ke luar negeri (mau studi banding apa jalan-jalan sih??). Buat apa saja dana sebegitu besar hanya untuk studi banding yang belum jelas apa maksud dan tujuannya. Apalagi kalau di tanyakan hasilnya, buegh..Jangan deh, itu mungkin akan lebih sulit di jawab jika di tanyakan kepada mereka yang berangkat studi banding itu.
Toh Kalau memang mau mempelajari sesuatu hal baru dari Negara lain, di jaman sekarang yang serba canggih ini, apalah yang sulit di ketahui dan di pelajari. Sudah banyak sarana yang bisa di gunakan untuk mendapatkan informasi yang di cari itu tanpa harus mengeluarkan dana hingga miliaran rupiah. Jika itu susah untuk di lakukan, ya datangkan saja ahlinya dari sana untuk mengajar disini kalau itupun dirasa masih susah juga, ya kirim saja beberapa orang yang berkompeten untuk belajar kesana tanpa harus pergi berbondong-bondong kesana. Saya rasa itu akan jauh lebih efektif dan efisien. Tepat sasaran dan tepat tujuan.
Gak nyadar apa, dengan duit segitu berapa banyak orang miskin yang bisa di bantu. Berapa banyak lowongan pekerjaan baru yang bisa di hasilkan untuk mempekerjakan pengangguran-pengangguran di negeri ini yang jumlahnya luar biasa. Denger-denger nih, dana untuk studi banding itu bisa di gunakan untuk membantu 25 ribu orang miskin. Sungguh jumlah yang luar biasa. Belum lagi uang saku yang akan di terima hingga 182 juta plus-plus per orang selama masa studi banding. Waow.. fantastis. Pantesan saja pada ngotot mau pergi studi banding meski sudah di protes sana sini.
Sepertinya bapak-bapak dan ibu-ibu itu bukan tidaksadar tapi memang tidak ada niat baik. Biasanya kalau di tanya sama media kenapa dana itu tidak di gunakan untuk kepentingan rakyat saja, alesannya karena sudah di anggarkan sejak jauh-jauh hari jadi harus di gunakan. Jiaahh, semua juga tau, tapi anggaran itu kan yang mengatur manusia, apalah susahnya hal itu di atur lagi untuk kepentingan yang benar-benar di butuhkan daripada studi banding itu yang belum jelas ujung pangkalnya. Mendingan kalau mau studi banding ke akherat saja pak bu, di jamin, bapak ibu sekalian akan mendapatkan pelajaran berharga bagaimana memperlakukan orang yang tidak bisa menjalankan amanahnya dengan benar. Sehingga tak ada yang main-main lagi dengan yang namanya amanah.
Ingat ya bapak dan ibu yang terhormat sekalian, anda berada di kursi yang empuk itu saat ini dengan membawa amanah yang besar dari rakyat yang telah menitipkannya kepada anda. Tanggung jawabnya besaaarrrr sekali. Tidak hanya pada mereka yang telah memilih anda tapi jauh lebih besar kepada Tuhan YME. Jadi hati-hatilah dalam menjalankan amanah tersebut sebelum Tuhan mengajak anda untuk studi banding ke Akherat sana. Mohon maaf jika sekiranya tulisan ini sampe menyinggung pihak-pihak tertentu. Ini hanya unek-unek di kepala saya sebagai wujud rasa cinta saya kepada bangsa ini. Anggap saja ini sebagai nasehat kasih sayang sesama saudara setanah air.
I Love Indonesia!!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H