Mohon tunggu...
Apiko Joko Mulyono
Apiko Joko Mulyono Mohon Tunggu... -

Jurnalis independen

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Rompi ACT dan Seorang Tua yang Menyapaku

8 Agustus 2014   20:43 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:02 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_351806" align="aligncenter" width="314" caption="Rompi ACT"][/caption]

Selepas shalat maghrib, Kamis malam, aku bergegas menuju lift untuk turun ke lantai B3 Menara 165, Jakarta Selatan. Empat meteran dari lift, pintu nampak sedang bergeser hendak menutup. Aku cepat-cepat memencet tombol penahan pintu lift. Seorang tua yang sudah ada dalam lift, nampak tersenyum,” Silakan mas, masuk!” Aku pun masuk. “ Terima kasih,” ucapku. Kami berdua diantar lift turun ke B3, dan kami sama-sama diam di awalnya.

Dalam lift, tradisi bertegur sapa sesama yang belum saling kenal nampaknya bukanlah hal yang harus dibudayakan. Kecuali mungkin sekadar saling lempar senyum. Mungkin karena waktu berada di lift sangat pendek. Atau juga lift lebih banyak berada di gedung-gedung perkantoran, yang berarti orang-orang di dalamnya adalah para pekerja, yang sibuk, dus tak sempat silaturahiem intens dengan sesama penghuni gedung yang berbeda perusahaan atau kantor. Di lift, bisa jadi, bukan saat tepat buat unjuk keramahan.

Tetapi lelaki tua yang menolongku menahan pintu lift tadi berbeda. Sesaat lift berjalan turun ke bawah, pria berusia sekira 50-60 tahun ini menyapaku.

“ Bagaimana kabar di Gaza?”

Sesaat aku tertegun. Orangtua ini menanyakan tentang perkembangan Gaza. Belum sempat aku menjawab, pria itu melemparkan pertanyaan kedua.

“ Bagaimana kabar teman-teman ACT di Gaza? Apakah sudah masuk Gaza?”

Aku berpikir cepat. Tahulah aku, mengapa ia bertanya demikian. Rupanya aku mengenakan rompi beremblem ACT. Seiring rompi ACT yang melekat di badan, kewajiban profesional pun tertuntut secara otomatis. Karena rompi yang kukenakan, aku jadi representasi ACT, dan harus menjawab pertanyaan laki-laki tak dikenal ini dengan sebaik-baiknya.

Aku pun menjawab standar. Bahwa ACT telah mengirim sejumlah relawan dan bantuan kemanusiaan titipan dari bangsa Indonesia. Beruntung, sebagai pemasok berita di news ini, membuat aku bisa menjawab secara rinci apa saja bantuan yang telah diberikan dan bagaimana bantuan bisa tersalurkan dengan baik ke warga Gaza.

Nampaknya, pria itu tertarik bertanya lebih jauh. Hingga saat lift telah sampai di Basement 3, pria itu mengiringi langkahku ke tempat parkir.

Sebenarnya aku senang sekali jika diminta menjelaskan banyak hal kepada orang-orang yang memang membutuhkan. Tetapi yang kukhawatirkan adalah jika penjelasanku terlalu banyak, padahal orang hanya membutuhkan secukupnya.

Itu sebabnya, aku tak mau memaparkan apa yang tidak ditanya. Kepada orangtua itu pula, aku hanya menunggu pertanyaan. Sebab jika ia masih mau bertanya, artinya ia masih butuh informasi tentang ACT, tentang Gaza, tentang relawan ACT yang pergi ke Gaza, dan sebagainya.

Selain itu, aku juga menjelaskan pertemuan ACT dengan sejumlah LSM kemanusiaan dengan pemerintah, dalam hal ini Kementerian Luar Negeri RI, pada Kamis siang kemarin, terkait strategi penyaluran bantuan kemanusiaan ke Gaza, Palestina.

Sesaat setelah aku menjelaskan peluang relawan Indonesia, termasuk relawan ACT, masuk ke Gaza, karena faktor telah ditariknya pasukan Israel dari Gaza, atau gencatan senjata, orangtua yang menyapaku itu lalu menyalamiku.

“ Terima kasih, mas. Semoga teman-teman ACT lancar dalam menjalankan tugas!” katanya sembari menyalamiku dengan genggaman tangan yang sungguh erat.

Seperginya pria itu, aku tertegun-tegun. Aku harus menyatakan, ada ekspresi kekaguman dari pria itu terhadap ACT. Sangat jelas sekali dari sikapnya, sorot matanya, dan caranya menyalamiku.

Di dalam benak pria itu, sangat mungkin ada pikiran bahwa ACT pastilah berisi orang-orang yang sangat hebat. Sederhananya, mungkin ia berpikir relawan ACT layak disebut sebagai tentara kemanusiaan.

Sifat ‘gede rasa’ diriku bisa saja salah. Sebenarnya sih mungkin bukan "ge-er" tetapi malah justeru rasa khawatir, tentang apakah aku bisa mengemban amanat kemanusiaan seiring dengan rompi ACT yang kukenakan? Rompi ACT ini telah membuat seseorang menilai orang yang mengenakannya sebagai sosok yang tidak "baen-baen" alias orang sembarangan. Wow!

Dan pastilah, orangtua itu menanyakan Gaza kepadaku karena ia tahu aku adalah relawan ACT, dari rompi yang kukenakan.

Ya, rompi ACT. Siapa pun yang mengenakannya melekat di dalamnya kewajiban perilaku akhlakul karimah, diantaranya profesional dan sigap sebagai salah satu kebajikan yang bisa kita berikan kepada masyarakat (yang sesungguhnya pemberi mandat tugas-tugas kemanusiaan kepada ACT, melalui, misalnya, donasi yang mereka berikan).

Wow, bahkan sekarang kalau mau tidur-tiduran di masjid saja harus lihat-lihat situasi! Lipat dan taruh dululah rompimu!

Untuk membangun kepribadian akhlakul karimah tiap individu ACT, maka harus dimulai dari relawan ACT terlebih dahulu, dan untuk menuju kesana, tiap individu harus tahu visi sesungguhnya ACT itu apa.

“ Tugas ACT adalah membangun peradaban humanisme masyarakat, membangun kebiasaan baik masyarakat, oleh karena itu kita dituntut memiliki kebaikan yang lebih, dari kebaikan masyarakat yang kita edukasi,” ujar Presiden ACT Ahyudin.

Salah satu hal sederhana yang pertama-tama harus dibangun di ACT adalah ukhuwah antarrelawan. Setiap relawan ACT satu sama lain, harus saling ta’aruf, takaful, tafahum, ta’awun, sama lain. Maka perjumpaan antarrelawan di setiap kesempatan harus disikapi dengan kehangatan saling sapa, senyum, tanya kabar dan sebagainya.

“ Bersikap dingin dengan sesama relawan haram hukumnya,” tegas Ahyudin.

Ahyudin menjelaskan, sebagai lembaga sosial yang berkhidmat di ranah kemanusiaan, penggalangan donasi oleh ACT harus dipandang hanya sebagai salah satu alat untuk mengedukasi masyarakat agar terus berbuat baik secara berkelanjutan (istimroriyah-pen). “

"Dan itu juga berarti kegiatan mengajak masyarakat terus berbagi dengan sesama harus konsisten dilakukan, tidak tergantung kepada stimulasi-stimulasi tertentu seperti bencana dan sebagainya. Kenyataannya, ada orang-orang yang secara terus menerus membutuhkan uluran tangan sesama kita. Tolong-menolong tidak mengenal musim.”

"Jika prinsip-prinsip berakhlakul karimah untuk relawan ACT ini sudah terwujud dengan baik, niscaya rompi beremblem ACT yang kita kenakan, akan membuat ACT makin baik namanya saat kita berkiprah di masyarakat. Inshaa Allah." (AJM)

foto: rompi ACT (dok ACT)

---------------------

Salurkan bantuan Anda, dapat berupa barang kebutuhan atau donasi melalui:

Rekening Zakat:

BCA # 676 030 2021

Bank Mandiri #128 000 4793 136

Bank Permata Syariah # 097 0613 048

Bank CIMB Niaga Syariah # 528 01 0000 1006

BNI Syariah # 009 611 0239

Bank Syariah Mandiri # 706 854 8181

Bank Muamalat # 304 0031 870

Rekening Infak & Sedekah:

BNI Syariah # 55 0000 7772

BCA # 676 025 5040

Bank Mandiri #164 0000 965 576

an. Aksi Cepat Tanggap

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun