Selamat Hari Minggu.Â
Sudah 1 bulan lewat acara nangkring Kompasiana dan Kemaritiman mengenai gerakan budaya bersih dan senyum. Sebenarnya sudah terlambat juga saya menulis ini, sebagai reportase ataupun menyertakan dalam blog kompetisi. Namun demikian, terasa berhutang jika mengikuti event tanpa berbagi apa yang saya dapatkan dalam event tersebut.Â
Acara nangkring ini membuat saya terkenang Mr. SR, kolega saya di salah satu sekolah internasional di Utara Jakarta. Sebagai guru lokal, saya sangat bersemangat menyarankan lokasi-lokasi wisata di Indonesia pada guru guru asing. Baik mereka guru asing dari Asia maupun dari Barat seperti Kanada atau Inggris. Saya bangga dengan keindahan alam Indonesia.
Kementerian Kemaritiman mempunyai tujuan membuat pariwisata Indonesia potensinya dapat berkembang. Apalagi Indonesia ini wilayah yang banyak lautnya, pantainya indah.
Dalam acara nangkring ini mbak Yayat sempat berbagi pengalaman saat ikut bersama kementerian Kemaritiman ke salah satu lokasi pariwisata yang indah. Sayangnya, kotor. Itu juga yang dikeluhkan Mr. SR, kolega saya itu. Bagus sih, tapi kotor. Dan itu membuatnya patah arang, enggan berkunjung ke lokasi wisata di Indonesia lagi.Â
Selain perihal bersihnya, entah mengapa saat itu juga kolega saya mengalami kendala komunikasi dengan staffnya di biro untuk snorkeling nya di Lombok saat itu. Menyebalkan sekali. Kurang ramah. Padahal keramahan adalah kualitas hidup masyarakat kita bukan?Â
Jadi dua hal yang digencarkan oleh kementerian Kemaritiman ini sangat penting. Bersih dan senyum. Bersih menunjukkan iman dan senyum adalah ketakwaan.Â
Mengikuti kegiatan nangkring ini merefresh kompasianers juga bersikap ramah dan menjaga kebersihan di lingkungan sebagai bagian dari kampanye budaya bersih dan senyum.Â
Senyum manis yaaaaa..... Semangat.Â
Salam edukasi,Â
Maria Margaretha