Mohon tunggu...
Maria Margaretha
Maria Margaretha Mohon Tunggu... Guru - Guru SD. Blogger.

Teaching 1...2...3. Knowledge is a power. Long Life Learner

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengukur Nasionalisme

23 Februari 2014   13:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:33 789
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Nasionalisme Diukur dari Apa?

Artikel ini saya tulis, karena saya kurang menyetujui pendapat Mas Choiron pada artikel sang pujangga tentang sekolah para juara. Menurut mas Choiron, “buat apa pintar dan juara kalau tidak nasionalis. pada akhirnya tidak bermanfaat bagi Indonesia kalau akhirnya melarikan diri ke negara lain ya

dan ini menyusul kemudian. " Kala begitu ghak ada manfaatnya membanggakan prestasi juara olimpiade apapun kalau toh setelah pintar tdk mau mengabdi di Indonesia. Ada juga yg akhirnya pindah kewargandegaraan hanya karena di luar negeri gajinya lebih besar. Ternyata sekolah yang katanya terbaik tidak mampu mencetak generasi yang cinta tanah air, apapun keadaaannya. Mereka hanya akan menjadi opportunis dan lari dari tanggungjawab mensejahterakan bangsanya."

Kenasionalisan kita bukan diukur karena bekerja di tanah air. Rasa nasionalisme itu diukur ketika kita mengharumkan nama bangsa, dan tetap melakukannya di manapun kita berada. Mengingat, justru Indonesia lebih menghargai tenaga pendidik bangsa asing daripada lokal, baik juga mereka berkarya di negeri lain asal tidak lupa bahwa mereka anak Indonesia. Baik juga jika mereka mendapat pengalaman dan menjadi lebih berwawasan sehingga makin cinta Indonesia.

Saya pernah bekerja di sekolah-sekolah Internasional di Indonesia. Mayoritas gurunya import, dengan fasilitas wah yang mungkin biaya fasilitas mereka melebihi gaji guru dan tenaga lokalnya. Siapa pemiliknya? Orang lokal juga. Staff lokalnya malah lebih peduli mereka orang asing daripada guru lokal. Salah di mana ini?

Sebaliknya orang Indonesia bekerja di luar negeri justru mengharumkan nama Indonesia jika kualitas mereka memang baik. Justru rasa nasionalisme mereka berkobar ingin mengharumkan nama Indonesia karena kesadaran berbangsa Indonesia. Sebaiknya kita tidak melakukan penghakiman terhadap pilihan pemuda-pemuda kita.  Mungkin kita tidak setuju, tapi, hey, saat ini kita bukan terkotak dalam negara lagi. Karena saya merasa tentu bagi mereka para pemuda yang memilih kuliah dan bekerja di luar negeri bukan berarti tidak cinta Indonesia. “Saya hanya cari makan, bung. ” Mungkin sama dengan para TKW dan TKI. Hanya karena mereka punya kualitas lebih, maka tentu hasilnya lebih juga. Kalau mau menuruti pendapat bahwa nasionalisme ditunjukkan dengan kerja di Indonesia, suruh pulang saja TKI dan TKW daripada mereka disia-sia di negeri orang. PRT di Indonesia juga dicari kok.

Belum lagi, kalau berkarya di Indonesia tetapi karyanya adalah korupsi, apakah itu yang kita mau? Atau berkarya di Indonesia, tetapi, terus-menerus ngerundel tak puas, karena tak dihargai oleh sistem negara ini? Apa itu yang kita harapkan?

Kalau saya, silakan berkarya di mana saja selagi muda, carilah pengalaman sampai ke luar negeri. Ingatlah, kamu tetap orang Indonesia, lahir dan dibesarkan, makan makanan dari tanah air Indonesia. Harumkan nama Indonesia dengan jadi pekerja terbaik. Kalau sudah waktumu pulang, akan disambut dengan gembira, berbagi ilmu dan pengalaman memajukan Indonesia.

Mari kita memikirkan sebelum membuat komentar. Selamat pagi kawan-kawan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun