Mohon tunggu...
Maria Margaretha
Maria Margaretha Mohon Tunggu... Guru - Guru SD. Blogger.

Teaching 1...2...3. Knowledge is a power. Long Life Learner

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Masih Saktikah Pancasila Kita?

2 Oktober 2014   12:29 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:41 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Ada yang ingat hari ini hari kesaktian Pancasila? 1 Oktober 2014.

Kebetulan saja saya bisa menulis hari ini. Kelelahan akut karena pekerjaan dan aktivitas luar kerja beberapa pekan belakangan ini membuat frekuensi menulis saya berkurang. Menyampaikan terimakasih melalui tulisan setelah mengikuti beberapa acara Nangkring juga merupakan perjuangan berat. Nonton Bareng My Idiot Brother Senin lalu, postingannya baru hadir hari ini.

Sekalian menulis, suatu tanya hadir di hati saya. Adakah yang masih ingat ini adalah hari kesaktian Pancasila? Pancasila disebutkan dalam pelajaran lahir pada 1 Juni. Penjelasannya silahkan di googling. Mengingat kesaktian Pancasila, yang mampu menjadi ideologi bangsa bertahun-tahun ini, apakah Pancasila masih sakti?

1. Ke-Tuhanan yang Maha Esa. Carut marut hubungan kita dengan Tuhan adalah hal yang sifatnya privat tetapi berpengaruh pada keseluruhan aspek kehidupan manusiawi kita. Orang yang masih menerapkan sila ke Tuhanan Yang maha Esa, tentunya akan berhati-hati dalam laku dan pikirannya karena ada Tuhan yang mengamati perilaku kita.

2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Masih beradabkah kita saat memaki-maki orang di media sosial, mengabaikan orang-orang lemah hanya karena kita berkuasa, dan menolong orang yang membutuhkan?

3. Persatuan Indonesia, Perbedaan pilihan presiden dan pandangan politik telah memecah bangsa sampai titik nadir. Adakah harapan untuk Pancasila? Jangankan perbedaan suku dan agama, beda pandangan politik saja membuat seolah tak ada lagi persatuan.

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Masih adakah kebijaksanaan dalam musyawarah. Atau hanya sebatas kata tanpa arti, bijaksana, artinya memahami pilihan yang benar dan memilih melakukan yang benar apapun resikonya?

5. Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Adilkah kita saat merasa punya uang makan dengan mewah sementara banyak orang berkekurangan, makan saja tak bisa, tetapi memilih meningggalkan makanan tersisa di piring kita? Apakah kita bekerja keras, dan produktif, atau bekerja asal asalan? Ini semua adalah wujud melaksanakan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia lho.

Salam Edukasi,

Maria Margaretha

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun