"Mbak, besok mau ikut ke pelabuahan Tanjung Priok?"
Demikian bunyi WA yang saya terima dari Mbak Arum Sato (27/6).Â
Itulah yang mengawali perjalanan dari Serpong ke Stasiun Jakarta Kota, kemarin (286).Â
Karena, meeting point di Stasiun Jakarta Kota. Mbak Arum berjanji ketemu sekitar pukul 14.00 dan bersama sama akan naik CommuterLine yang berangkat pukul 14.25. Dalam WA-nya, diingatkan juga agar saya jangan sampai terlambat, kalau tidak mau ditinggal. Commuter Line ke stasiun Tanjung Priok hanya ada lima kali sehari.Â
Stasiun Kota, stasiun yang sudah sangat lama tidak saya singgahi. Seingat saya hampir 6 tahun. Namun bisa jadi juga lebih lama. Â Stasiun Jakarta Kota yang saya ingat adalah stasiun yang padat, panas, dan semrawut, kemarin saya lihat jauh berbeda. Lho kok? Iya. Stasiun Jakarta Kota yang sekarang mulus. Tertata rapi. Nyaman. di ketiga sisi ada berbagai gerai makanan (KFC, Starbuck, CFC, AW, tapi kok fastfood semua ya? Pedagang kecilnya menghilang), galeri ATM dan musholla.Â
Saya sampai sekitar pukul 1, kemudian saya menyadari bahwa saya membutuhkan toilet. Sayangnya, toilet di Stasiun kota walau gratis namun kurang bersih. Saya juga mencari tempat mengisi baterai HP, yang biasa sudah ada di stasiun-stasiun. Ternyata, tempat pengisian baerai HP tersebut di sisi dekat CFC dan dunkin donut, tidak dapat mengisi karena kendor dan tidak ada daya listriknya.Â
[caption caption="Lihat yang ujung? Bahaya ngga itu?"][/caption]
Saya keluar stasiun, namun tidak menemukan tempat lain untuk mengisi saat itu. Saya kemudian tertarik melihat antrian penumpang pada beberapa mesin. Tadinya saya bermaksud menukarkan tiket harian berjaminan saya dengan jaminannya. Tetapi, semua loket tutup, yang ada hanya mesin saja. Akhirnya, saya mencoba mendapatkan refund jaminan melalui mesin. Eh, mudah juga ternyata.Â
Saya melihat beberapa mesin EDC untuk mengisi Flazz Kompasiana, sayapun mengikuti tutorial tertulis di dekat EDC. Pas lagi di EDC, saya menemukan ibu ibu yang kebingungan karena semua loket tutup, sementara ia bermaksud menukar (refund) tiketnya. Maka saya mengajak si Ibu antri dan menunjukkan caranya. Ibu itu lega dan senang tahu caranya. Saya berpendapat pihak commuter line perlu menempatkan orang untuk membimbing para pemakai tiket harian berjaminan yang ingin membeli atau mengambil jaminannya.Â
Usai mengisi Flazz saya masuk lagi dan tapp dan langsung bertemu mbak Windu, Muthiah dan Syifa yang duduk menanti di dalam stasiun. Kami masih menunggu beberapa teman lain yang belum hadir. Saya melihat ada pengisian baterai lain di sudut dekat keamanan, di sisi galeri ATM. Syukurlah bisa digunakan. Hanya saya melihat juga ada yang sudah kurang layak pakai karena sambungannya lepas.Â
[caption caption="Selfi bareng mbak Dewi Puspa"]