Hokben Memang Praktis
Mengajar anak usia dini, 6-9 tahun beberapa tahun yang lalu membuat saya nyaris tiap hari pada bulan-bulan tertentu mendapatkan bingkisan cake dari anak-anak yang berulang tahun di kelas. Bingkisan cake ini biasanya diberikan pada guru-guru.
Anak-anak ini biasanya juga membagikan makan siang (orangtuanya maksud saya). Untuk makan siang biasanya sebagai wali kelas, saya mendapat jatah spesial. Makanan yang sama dengan anak yang lain. Duduk makan dengan bocah-bocah saya yang lucu.
Jarang-jarang sih, bisa ikut mencicip cake, karena sudah cemas saja dengan kandungan karbohidrat dalam cake. Tetapi, makan siang bersama anak-anak ini selalu berhasil membuat saya bersemangat.
Sebagai guru yang kost dan tidak memasak, makan siang bersama anak membuat saya mencicipi menu fasfood yang pasti jarang akan saya pilih sendiri.
Kebanyakan orang tua murid suka mengirimkan hokben. Katanya praktis dan ada layanan antar yang memudahkan para orang tua. Jika istirahat makan siang pukul 12.00 maka jam 11.45 layanan antar hokben sudah sampai di sekolah.
Biasanya, memang sayalah yang memimpin keramaian. Nyanyi lagi happy birthday, dari bahasa Indonesia, Inggris, Mandarin dan Hindi. Tiup lilin, kirim cipika cipiki sama mama-papa, dan makan…
Rupanya bukan hanya saya yang bersemangat makan siang dengan hokben. Hokben membawa keceriaan tersendiri yang kadang berbeda dengan yang lainnya. Sebagian besar murid juga. Terutama yang tidak vegetarian, dan diet khusus. Apa sebab? Rupanya anak-anak ini, tidak diperkenankan makan hokbe, kecuali pada peristiwa-peristiwa khusus. Pantas saja.
Gurunya juga sama sih.
Nah, kompasianival adalah peristiwa khusus di mana, saya sepertinya pengen makan hokben. Â (boleh ngga ya? Nanya dokter dulu deh)
Ulang tahun kompasiana toh? Hahahaha….
Enjoy the lunch with hokben.
