Membangun Jejaring Penulis
Oleh: Maria Margaretha
Ini masih satu seri dengan undangan mendadak Pak TS di Poem Kafe sebelum liburan saya. Bertemu Pak Thamrin secara tidak sengaja dalam acara kopdarnya Opa Tjiptadinata Effendi 11 Agustus 2013 memang merupakan berkah. Saya baru aktif di kompasiana per 6 Juni 2013, menulis karena perlu meluapkan emosi jengkel pada pengemudi TransJakarta gandeng yang teleponan sambil menyetir. Kejutan diajak kopdar Opa Tjipt mempertemukan saya dengan Pak TS. Sama kejutannya dengan undangan terlibat di antologi 36 Kompasianer merajut Indonesia. Buku ini memang sangat unik. Dari sandal jepit sampai kontak jodoh dan permainan tradisional, juga termasuk tulisan mantan wapres Yusuf Kalla. Sungguh bangga bisa menulis di antologi ini. Saya tidak tahu keunikan macam apa yang akan saya temukan di antologi 25 kompasianer wanita merawat Indonesia. Penulis dalam antologi ini berbeda profesi, namun memang memiliki keterpanggilan merawat Indonesia, spesifik dalam kepedulian pada anak bangsa seperti saya yang guru. Kalau ingin memiliki buku sendiri, tentu sulit buat saya yang notabene guru biasa, dengan penghasilan biasa-biasa saja. Diundang terlibat, tentu karena adanya orang-orang yang tertarik dengan profil kita. Profil dapat dibaca dalam tulisan atau komen. Itulah perlunya penulis menulis komen yang santun dan beretika. Seorang penulis yang menulis komentar dengan bahasa kebun binatang ataupun bagian tubuh yang seyogyanya privat, akan kehilangan daya tarik dalam sekejap, ini adalah salah satu obrolan di Poem Kafe siang itu. selain masalah kesantunan dan buku. [caption id="attachment_288144" align="aligncenter" width="300" caption="Diskusi membangun jejaring"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H